Holaaaaaaaaa, I'm back 😋
KALIAN KANGEN CERITA INI, GAK? NUNGGUIN CERITA INI APA ENGGAK? KALO ENGGAK, GAK AKU LANJUT BERARTI GAK PAPA DONG? 😇
Pengin tahu , gak, kalo aku kangennya sama apa? Tetep aku kasih tahu aja, lah, ya 😉 Kalo aku itu sebenarnya kangen nulis cuma sampai 1500 word aja 😭 kenapa coba sekarang gak bisa kaya gitu? Kenapa kalo udah nyampe 2000 word, tapi bagian ceritanya bakalan gak lengkap kalo sampai itu doang? Kan kesel 😤
BOLEH TAHU JUGA? KALIAN ITU SUKANYA GIMANA? WORD BANYAK KAYA GINI APA ENGGAK? TOLONG BANGET, AKU BUTUH JAWABAN SOAL PERTANYAAN INI! 😔 JADI JAWAB, YA! 😳
UDAH GITU AJA, AKU TUNGGU VOTE SAMA COMMENT-NYA 😌
BYE 👋
°°°°°
Hembusan napas berat terdengar dari Erine yang menghentikan langkahnya. Gadis yang baru saja berangkat itu, bergerak duduk di bangku panjang yang ada di depan kelasnya. Mulai mengingat kembali kejadian kemarin malam yang terus saja menghantuinya sampai sekarang, bahkan rasa dari bibir Davin masih saja terasa sampai pagi ini, membuat Erine tanpa sadar mulai menyentuh bibirnya sendiri.
Memang sosok lelaki yang diketahui bernama Yufa lah yang lebih dulu menyentuh bibirnya selama sedetik, dengan bibir laknat milik lelaki tersebut. Tapi itu terasa jauh berbeda dengan apa yang Davin lakukan, karena Davin melakukannya bisa dibilang lebih dari semenit. Dan hal inilah yang membuat Erine terus saja memikirkan apa yang dilakukan Davin, bukan Yufa.
Dan juga, Erine saat itu merasa sangat marah saat Yufa berhasil menempelkan bibir lelaki itu diatas bibirnya, namun disaat Davin yang melakukannya, entah kenapa tiba-tiba hatinya bergetar. Erine bahkan tidak merasa marah kepada Davin, dia justru merasa segala ketakutan dan juga kemarahannya tadi, lenyap begitu saja. Bukan hanya itu, Erine bahkan percaya dengan ucapan Davin yang mengatakan jika ciuman Davin malam itu adalah penghilang jejak dari bibir Yufa. Erine sungguh tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Erine."
Pikiran Erine mengenai kejadian semalam, lenyap seketika. Tubuh Erine justru menegang setelah mendengar suara yang baru saja memanggil namanya. Dan tanpa sadar, Erine meremas bangku pajang yang tengah dia duduki.
"Rine!"
Erine mendongakan kepalanya, memberanikan diri menatap siluit mata seseorang yang sudah memanggilnya sebanyak dua kali, yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kemarin lo kemana?"
"Lo gak salah tanya, Jim?" Erine bertanya balik kepada lelaki yang tidak lain adalah Jimmy. "Gue yang harusnya tanya, lo kemana aja kemarin malem?" Suara Erine melirih dengan posisi duduk yang masih sama seperti tadi.
"Lo ninggalin gue disana sendirian tanpa dompet dan ponsel." Erine kembali berucap saat melihat lelaki yang masih berdiri tegak didepannya ini hanya diam saja. "Gue udah nunggu lo, tapi ternyata percuma juga." Kekesalan Erine mulai muncul ke permukaan. Kekesalan dari sebuah kekecewaan untuk kedua kalinya karena Jimmy.
"Maaf, gue gak punya niat buat ninggalin lo disana. Gue bisa jelasin."
Erine tidak menjawab, gadis itu hanya menatap kesekelilingnya dimana banyak siswa siswi yang mulai berdatangan. Dia sebenarnya tidak enak saat teman-teman sekelasnya maupun tetangga kelasnya menatapnya dengan tatapan aneh karena dia bersitegang dengan sang ketua OSIS. Namun, Erine juga bukan tipe gadis yang tidak suka mendengarkan penjelasan dari orang lain, walau sebesar apapun rasa kecewa yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Teen FictionSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...