BAGIAN 56 [ Tidak Sempurna ]

3.2K 235 129
                                    

in fact, the mortal perfection is immeasurable

Mollysa

°°°°°

Mollysa mengetuk telunjuknya pelan pada meja belajar di depannya. Tatapan bingung terus ia layangkan pada Davin yang duduk di sebuah sofa sambil membaca bukunya. Masih merasa bingung sendiri, Mollysa berpindah posisi menjadi merebahkan kepalanya diatas meja belajar dengan pandangan yang terus saja fokus kearah Davin.

Davin masih saja serius membaca bukunya. Entah karena lelaki itu tidak sadar akan tatapan Mollysa kepadanya, atau memang lelaki itu tidak peduli dengan apa yang Mollysa lakukan. Mollysa tidak tahu, tapi ketidaktahuannya dan juga sikap Davin ini yang membuat Mollysa masih berani-berani saja memandangi Davin tanpa henti. Coba jika tatapan Mollysa di balas dengan tatapan tajam Davin, sudah tentu Mollysa akan segera berhenti memandangi kakak sepupunya itu.

"Tanya, enggak. Tanya, enggak. Tanya." Mollysa menghentikan hitungan jarinya yang masih memperlihatkan sosok Davin disana, ketika jari kelingkingnya tertekuk pada hitungan kelima. Dan ini membuat Mollysa menghembuskan napasnya kasar, lalu kembali menatap Davin.

Sungguh, Mollysa di landa rasa penasaran yang teramat akan alasan Erine minta putus kepada Davin. Serta alasan kenapa Davin mengacuhkan Erine, bahkan tidak menjawab ajakan Erine untuk mengakhiri hubungan mereka. Mollysa tahu, sikap Davin memang terlewat dingin dan kaku, tapi itu tidak terlalu berlaku kepada Erine. Sekarang, seolah Mollysa melihat Davin-nya Erine tidak lagi ada. Yang ada hanya Davin kakak sepupunya itu.

Karena rasa penasaran inilah yang menjadi alasan Mollysa berada di rumah Davin, tepatnya di kamar lelaki itu setelah mendapat penolakan beberapa kali dari lelaki itu ketika Mollysa merengek ingin masuk ke kamarnya. Ini hanya kedok Mollysa agar bisa bicara empat mata dengan Davin, agar rasa penasarannya terobati dengan tuntas. Tapi ketika Davin menyerah dengan terpaksa mengizinkan Mollysa masuk ke kamarnya, Mollysa justru ragu ingin bertanya. Jika Erine yang Mollysa paksa-paksa sampai jungkir balik tapi tidak mau bercerita, apa kabar dengan lelaki yang lumayan tertutup itu?

Tapi Mollysa tetaplah Mollysa, ia bersih keras ingin menuntaskan rasa penasarannya. Sebelum Mollysa mencoba, Mollysa tidak akan pernah tahu hasilnya, kan?

Mollysa terbatuk pelan. Mempersiapkan suara, fisik, dan mentalnya untuk menghadapi Davin yang ia duga akan sangat sulit di korek informasi yang Mollysa kini butuhkan.

"Kak Davin!" oke, Mollysa rasa ini adalah awal yang cukup baik. Memanggil nama Davin cukup keras dan berani sambil mengangkat tubuhnya.

Davin sedikit mengangkat kepalanya. Balas menatap Mollysa tanpa berbicara.

"Mau tanya." kata Mollysa sambil mengerjabkan kedua kelopak matanya beberapa kali.

"Belajar sendiri!"

Mollysa cemberut. Gadis itu menatap buku pelajarannya yang terbuka disisinya. Memang, Mollysa datang kesini dengan alasan ingin belajar dengan Davin yang mengajarinya. Mengingat Davin adalah salah satu siswa terpandai di sekolah, Mollysa rasa meminta bantuan Davin untuk mengajarinya, menjadi alasan yang tepat.

Mollysa melihat Davin yang kembali fokus membaca bukunya sendiri, membuat Mollysa sedikit berdecak. "Ini bukan tentang pelajaran."

"Apa?" Davin bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari buku miliknya.

"Erine."

Mollysa menahan napas seketika saat mata Davin beralih menatapnya. Ketajaman mata Davin seolah menusuk tepat pada mata Mollysa. "Jangan natap gue kaya gitu!" Mollysa menutup matanya menggunakan kedua tangannya. Enggan menatap Davin yang tatapannya masih saja terasa panas walaupun tidak lagi Mollysa tatap.

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang