Uap panas terlihat mengepul dari sebuah cangkir berisi kopi panas yang ada diatas meja. Cangkir berisi kopi itu dibiarkan begitu saja sejak beberapa menit yang lalu tanpa disentuh ataupun diminum isinya, karena si pemiliknya sibuk dengan sebuah koran yang terbuka lebar dihadapannya.
Pria dengan umur sekitar empat puluh tahun itu tengah serius membaca berita-berita yang tercantum didalam koran sambil duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki kiri yang bertumpu pada kaki kanannya.
Secara perlahan, kedua tangannya bergerak untuk menurunkan koran yang sejak tadi menutupi sebagian wajahnya. Memperlihatkan wajah tampan walau sudah berkepala empat yang dimilikinya. Kemudian matanya mulai terarah ke sumber suara langkah kaki yang tadi sempat dia dengar.
"Assalammualaikum, om."
Dilipatnya koran tadi satu kali sambil memperlihatkan kedua sudut bibirnya yang melengkung setelah melihat seorang lelaki yang sekarang berjalan menghampirinya. "Wa'alaikumsalam." Jawabnya dengan suara berat miliknya. "Kamu baru datang, apa om yang baru liat kamu?" Tanyanya saat lelaki itu mencium punggung tangannya.
"Baru aja datang, om."
Pria itu mengangguk pelan sambil meletakan korannya diatas meja yang bersebelahan dengan cangkir. "Duduk dulu, Davin!" Titah pria tersebut, mempersilakan Davin untuk duduk.
Davin menurut, lelaki itu mendudukan tubuhnya di sofa yang terletak tidak jauh dari pria itu.
"Kamu mau bertemu Erine?"
Davin mengangguk pelan, setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Moscar. "Kalo Erine ada." Katanya yang membuat Moscar terkekeh pelan.
"Dia ada, kok." Jawab Moscar yang mulai meraih cangkirnya. "Sebelum bertemu Erine, mau ngopi dulu sama, om?" Tanyanya menawari kopi kepada Davin dengan sedikit mengangkat cangkir di tangannya.
"Terima kasih, tapi kopinya buat om aja!"
"Ya sudah, kalo gitu." Moscar kembali tersenyum, lalu pria itu menyecap kopinya secara perlahan. Setelahnya, diletakannya kembali cangkir itu ketempatnya semula.
"Erine kayanya masih tidur, Dave." Moscar kembali berucap sambil melirik pintu kamar Erine di lantai dua yang memang terlihat dari tempat mereka duduk.
Davin ikut menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat tersebut, lalu dia kembali menatap Moscar. "Kayanya aku datang terlalu pagi." Kata Davin.
"Kamu bangunin aja dia! Kalo gak di bangunin sekarang, bisa tambah siang dia bangunnya." Suruh Moscar. Sementara Davin diam tanpa bergerak maupun berucap apapun, membuat Moscar terkekeh pelan. "Udah gak papa, om percaya sama kamu!" Lanjutnya sambil tersenyum.
Davin ikut tersenyum kecil, lalu bangkit dari duduknya. "Permisi, om." Katanya sopan yang dibalas anggukan kepala oleh Moscar.
°°°°°
Davin sudah berdiri tepat didepan pintu kamar Erine yang bercat biru. Menatapnya sebentar sebelum tangan kanannya meraih kenop pintu tersebut dan membukanya secara perlahan.
Kedua sudut bibir Davin terangkat kecil, bahkan hampir tidak terlihat setelah kedua bola matanya melihat tubuh Erine yang masih terbalut selimut tebal sampai bagian dadanya. Wajah gadis itu terlihat sangat tenang.
Davin melangkah mendekati ranjang Erine tanpa menutup pintu kamar gadis itu. Saat melangkah, matanya sempat melirik kearah jam dinding yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi. "Jam segini, masih nyenyak tidurnya?" Gumamnya sambil kembali menatap wajah Erine.
Davin tahu jika Erine tidak pernah bangun sesiang ini. Mungkin karena semalam mereka bertiga yaitu, Davin, Erine, dan Farel bermain game sampai larut malam lah yang membuat Erine kesiangan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Genç KurguSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...