BAGIAN 23 [ Gadis Beruntung ]

4.8K 250 11
                                    

Angan ku kejar dengan kesungguhan, mengharapkan sebuah ketidakpastian. Tolong katakan. Aku harus bertahan atau meninggalkan?

By : rohmahdiy02

Salah satu hal yang menyebalkan menurut kebanyakan siswa sekolah itu, adalah disaat bel tanda pelajaran sudah berbunyi, tapi guru yang sejak tadi mengajar terus saja mengajar dengan beralasan 'materinya tanggung, sedikit lagi'.  Dan lebih mengesalkan lagi disaat waktu yang di curi oleh sang guru itu adalah waktu istirahat.

Kelas Erine baru saja mengalami hal tersebut, yang sialnya lagi adalah bersama seorang guru matematika killer  di sekolah ini. Guru perempuan yang usianya masih tiga puluh tahunan itu, mencuri waktu istirahat kelas Erine selama sepuluh menit. Bayangkan saja, bagaimana rasanya menahan kekesalan sampai bermenit-menit seperti itu. Disaat ingin protes, tapi siap-siap saja mendapat amukan sang guru dan jika diam saja, tapi hatinya begitu dongkol setengah mati.

"Kak Jimmy!"

Tubuh Erine terlonjak kaget begitu saja, membuat makanan yang ada di tangannya hampir saja tumpah karena terkejut dengan teriakan Mollysa yang berada dibelakangnya itu.

Erine membalikan badannya, menatap kesal kearah Mollysa yang sedang melambai-lambaikan tangannya. "Gak usah teriak, Sya!" Kata Erine yang membuat Mollysa berbalik menghadapnya sambil tersenyum tanpa dosa. "Nih, bawa makanan lo sendiri!" Lanjut Erine sambil menyodorkan mangkuk berisi bakso kepada Mollysa.

Mollysa menyengir, dia juga sempat tersenyum kecil kepada ibu kantin yang menggelengkan kepalanya setelah melihat kelakuannya tadi.

"Gue liat kak Jimmy cuma sama kak Sandra sama kak Danis, doang. Jadi kita, kan bisa gabung sama mereka." Mollysa berkata sambil sedikit melirik kearah sampingnya.

Erine mengikuti arah pandang Mollysa, dan ternyata benar jika di salah satu meja sana ada Jimmy bersama dengan Sandra dan juga Danis. Beberapa detik pandangan Erine dan Jimmy bertemu, namun Erine segera mengalihkannya untuk menatap Mollysa kembali. "Kita cari meja lain aja!" Usul Erine.

Mollysa merengut mendengarnya. "Gak mau gue. Gue pengin sama kak Danis."

Helaan napas panjang itu terdengar dari arah Erine. Merutuki dirinya sendiri yang lupa jika Mollysa sejak kelas sepuluh sudah mengagumi Danis. Ah, mungkin Erine sedikit salah disini, karena pada nyatanya Mollysa sangat mengagumi sosok lelaki yang menurutnya tampan seperti Danis contohnya.

"Gue gak mau ganggu Jimmy sama kak Sandra."

"Mereka gak akan ngrasa keganggu, kok, buktinya kak Danis aja masih bertahan disana."

Mau tidak mau, Erine mengikuti langkah Mollysa yang lebih dulu melangkah menuju meja yang di tempati oleh Jimmy. Menguatkan hati dan mencoba menyadarkannya, jika kali ini dia harus benar-benar menjaga perasaan Davin. Lelaki yang sudah berusaha dan yang sudah mau membantunya untuk mencintai Davin. Erine tidak mau terus-terusan memiliki perasaan untuk Jimmy yang sudah jelas tidak mungkin bisa dia miliki.

Ini memanglah sulit. Sekarang saja Erine masih saja merasakan sebuah rasa sakit saat melihat betapa dekatnya Jimmy dan Sandra. Tapi Erine juga tidak bisa menyerah begitu saja, dia harus berusaha melupakan Jimmy dan mulai membuka hati untuk Davin.

"Kenapa baru ke kantin?"

Erine tertarik ke dunia nyatanya setelah berjalan sambil melamun. Untung saja sejak tadi dia tidak menabrak orang lain. Kemudian gadis itu tersenyum sambil meletakan mangkuk dan minumannya diatas meja. "Tadi pelajaran matematika, dan gurunya gak keluar-keluar padahal jamnya udah habis." Ujar Erine menjawab pertanyaan Jimmy tadi.

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang