Seperti bulan purnama yang pada waktunya akan menghilangkan separuhnya. Dan seperti separuh bulan yang bisa kembali utuh di waktu yang semestinya
Davinno
°°°°°
Ukiran senyum kecil namun tetap terlihat begitu cantik itu tidak luntur dari wajah Mada. Batinnya menyuruhnya untuk menjerit sekeras-kerasnya, namun dia sadar itu akan sangat memalukan bagi dirinya karena di sekelilingnya banyak siswa siswi yang berlalu lalang sambil memperhatikan dirinya dengan tatapan aneh.
Sambil menggigit bibir bawahnya karena gemas, Mada menurunkan pandangannya. Gadis itu menatap tangan kanannya yang bertautan dengan tangan kokoh milik seseorang yang sedang membawanya entah kemana ini.
Jika bisa, Mada akan menghentikan waktu di detik ini juga, agar tangan mungilnya tersebut bisa selalu bergandengan mesra dengan tangan sosok lelaki tadi yang tidak lain adalah Davin.
Semakin jauh Davin membawanya pergi, semakin sepi juga tempat yang mereka lewati. Bagi Mada sepi pun tak apa, bahkan jika Davin mau melakukan hal yang iya-iya di tempat yang sepi ini bersamanya pun tak apa. Mada sukarela saja, yang penting dia bersama dengan Davin, bukan yang lain. Pikir Mada sambil sedikit terkekeh karena merasa sudah gila dengan pemikirannya sendiri.
"Kak Dape, kok berhenti?" Mada bertanya dengan nada yang terdengar lucu. Sekian detik setelah bertanya sedemikian rupa, Davin belum juga membalikan tubuhnya agar saling berhadapan dengan Mada, apalagi menjawab pertanyaan Mada.
"Ihhh, kak Dapin, kok di lepas, sih?" di ucapan Mada tersebut, ada nada tidak suka karena Davin melepaskan genggaman tangan mereka.
Awalnya Davin masih membelakangi Mada tanpa mengucapkan satu kata pun untuk menjawab pertanyaan Mada tersebut. Namun, di sekian detik setelah mendengar rentetan celotehan Mada yang mengganggu pendengarannya, pada akhirnya Davin membalikkan badannya yang membuat Mada sempat tersenyum kecil karena akan melihat wajah tampan Davin lagi.
Namun, senyum Mada menghilang begitu saja dan tergantikan oleh bibir yang mengerucut kesal dengan mata yang terlihat merajuk. Bagaimana tidak, jika harapan Mada pupus begitu saja ketika sudah melihat wajah Davin sepenuhnya. Wajah yang terlihat begitu datar tanpa ekspresi dan juga mata tajam yang terlihat begitu menghunus kedalam matanya.
"Kak Dapin, mah, kebiasaan!" seru Mada. "Senyum sedikit aja, kek!" lanjutnya dengan tangan kanan yang terarah menuju kedua sudut bibir Davin. Lalu, gadis itu sedikit menariknya keatas sampai terlihat Davin yang tersenyum kecil walau terkesan sangat terpaksa.
"Lo apaan?" Davin segera menepis tangan Mada dari wajahnya yang membuat Mada kembali merengut kesal.
"Kalo gitu." Mada meraih salah satu tangan Davin untuk dia genggam. "Jangan lepasin ini!"
"Mada!"
Suara Davin tadi terdengar lebih tinggi dari yang tadi, namun bukan Mada namanya jika takut dengan Davin.
Mada memalingkan wajahnya sambil bersedekap dada. Gadis itu terlihat tengah berpura-pura kesal, karena di wajah Mada masih terlihat sebuah senyuman kecil. "Ah, berasa di dalam hal ini cuma ada aku aja." ujarnya tidak masuk akal namun bisa di pahami oleh Davin dengan benar.
"Ngapain kesini?"
Mada memalingkan wajahnya kembali agar bertatapan dengan Davin. Gadis itu tersenyum lebar, lalu sedikit berlari kecil agar jaraknya dengan Davin semakin terkikis. Namun yang ada, jarak diantara mereka justru semakin ada karena disaat Mada maju, maka Davin melangkah mundur yang membuat Mada berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Teen FictionSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...