Matahari hampir menghilang diperaduannya, menyisakan cahaya jingga sebagai penghias langit bagian barat yang menyatu dengan warna gelap awan-awan yang mengelilinginya.
Semilir angin petang juga sangat terasa menyentuh kulit putih bersih seorang gadis yang kini duduk di balkon kamar dengan sebuah novel dan secangkir teh manis yang menemaninya. Mata indahnya juga tidak henti bergerak dari arah kanan ke kiri, membaca setiap kata yang tertulis di novel yang ada di tangannya.
Erine, gadis itu menghentikan kegiatan membacanya saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Gadis itu menengok kearah belakang, dan terlihatlah seorang lelaki yang tanpa mengatakan apapun langsung masuk kedalam kamarnya dengan seulas senyum.
"Ada apa, Jim?" Erine bertanya kepada lelaki itu dengan kedua kaki yang tadi berada diatas kursi, kini dia turunkan.
Jimmy tidak langsung menjawab. Lelaki itu memilih duduk terlebih dahulu di kursi lain, tepatnya disamping kursi yang diduduki oleh Erine. "Mau ngembaliin ini." Katanya sambil menyodorkan sebuah novel kepada Erine.
Beberapa waktu yang lalu, Jimmy memang sempat meminjam novel milik Erine. Lelaki yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah Erine itu sengaja meminjam novel Erine karena dia penasaran, kenapa sahabatnya ini sangat suka membaca novel.
Erine menerima novel itu menggunakan tangan kanannya. "Udah selesai bacanya?" Tanya Erine kepada Jimmy yang masih duduk menghadap kearahnya.
Jimmy mengangguk singkat sambil tersenyum kecil. "Udah, kok." Ujarnya sambil mengambil cangkir teh milik Erine, lalu meminumnya tanpa izin dari si pemiliknya. "Dan sekarang gue tau kenapa lo suka banget baca novel." Lanjutnya setelah meletakan kembali cangkir teh keatas meja kecil yang membatasi kursi Erine dan Jimmy.
"Emangnya apa?" Tanya Erine langsung dengan memutuskan kontak mata yang tadi terjadi diantara mereka.
Jimmy tersenyum kecil sambil terus menatap Erine yang kini membaca novelnya kembali. "Emosi kita bisa dipengaruhi sama novel yang kita baca." Katanya memberi tahu akan pemikirannya. "Kaya lo sekarang, senyum sendiri cuma karena baca novel." Lanjutnya sesaat setelah melihat kedua sudut bibir Erine terangkat membentuk senyuman.
Untuk beberapa detik Erine melunturkan senyumannya sambil menatap kearah Jimmy, setelahnya gadis itu tersenyum lagi sambil mengangguk kecil. "Ya, lo bener." Katanya.
Di mata Erine, Jimmy adalah sosok lelaki yang tahu banyak hal. Dia juga lelaki yang langsung bisa memahami sesuatu hal setelah dirinya masuk kedalam hal tersebut. Seperti sekarang, Jimmy langsung bisa menyimpulkan kenapa Erine suka membaca novel setelah lelaki itu mencoba membacanya.
Namun dibalik itu, masih ada hal yang tidak dipahami oleh Jimmy, atau mungkin lelaki itu memang mencoba untuk tidak memahami hal tersebut. Sebuah hal yang tidak bisa dijelaskan dan dikatakan begitu saja.
"Kayanya mulai sekarang, gue juga bakalan suka sama yang namanya novel." Pikir Jimmy sambil menggaruk pelan dagunya.
Erine terkekeh pelan sambil mencubit lengan Jimmy yang berada diatas meja, membuat lelaki itu meringis kesakitan. "Sekarang bilangnya gitu, dulu sok-sokan bilang gak tertarik sama novel." Ujarnya untuk mengingatkan Jimmy akan sesuatu hal yang dikatakannya dulu.
Jimmy menyengir kuda sambil mengusap lengannya yang tadi dicubit oleh Erine. "Dulu, kan, belum pernah baca novel, Rine." Belanya.
"Ya, lah. Terserah lo aja gimana." Ujar Erine yang kembali mengakhiri kontak mata diantara mereka, sementara Jimmy hanya tersenyum kecil tanpa mengalihkan tatapannya dari Erine yang kembali fokus kepada novelnya.
Setelah beberapa detik berlalu, Erine mengangkat pandangannya, lalu menatap kearah Jimmy. Dia seperti mendengar suara deru mobil yang sangat dia kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Fiksi RemajaSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...