BAGIAN 69 [ Erine Untuk Davin ]

1.1K 133 215
                                    

Awan tidak akan meninggalkan langit, dan langit akan selalu menjadi pemilik.

Untuk mencintaimu yang dulu terasa sulit, kini justru kehilanganmu yang paling sakit.

Valerine

°°°°°

Selama Erine diculik, tangan dan kaki Erine tidak diikat sama sekali, ia hanya dikurung disebuah ruangan saja. Selama itu juga, baru tadi Erine mendapatkan perlakuan buruk yaitu ketika lengannya di cengkram kuat. Erine tentu bersyukur karena tidak ada hal yang lebih buruk daripada itu. Tapi rasa takut dan khawatir tetap menghantui Erine. Apalagi setelah penculiknya menelfon Davin. Erine semakin takut.

Erine menduga-duga jika nanti Davin akan di jebak. Erine menduganya karena apa yang dikatakan oleh penculiknya kepada Davin di telfon tadi, tidak lah benar. Tidak ada tali di leher Erine yang sewaktu-waktu bisa menggantung leher Erine. Itu tipuan, lelaki itu hanya ingin memancing Davin saja.

Erine yang masih memakai seragam sekolahnya, sekarang terlihat sangat gelisah. Dalam duduknya, ia meremas-remas seprei kasur dengan mata terpejam rapat sampai membentuk kerutan di keningnya. Erine memikirkan Davin, ia takut Davin kenapa-kenapa jika lelaki itu datang untuk menyelamatkannya.

Tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa dan juga berharap. Erine berharap jika Davin tidak terlalu bodoh untuk datang kesini sendirian seperti apa yang diinginkan oleh lelaki yang menculiknya itu. Erine berharap, Davin meminta bantuan kepada siapapun itu. Akan lebih baik lagi jika Davin meminta bantuan kepada pihak kepolisian.

Erine tidak ingin Davin terluka karenanya lagi.

"Dave, aku percaya sama kamu." Erine bergumam sambil menundukan kepalanya menahan tangis.

Brak...

Erine terkejut mendengar pintu yang dibuka kuat sampai menimbulkan bunyi keras karena pintu itu menghantam tembok. Saat Erine melihat kearah pintu, disana sudah ada seorang lelaki yang Erine duga sebagai dalang dari penculikan ini.

Erine ketakutan saat melihat lelaki itu mulai mendekatinya dengan sorot mata tajam.

"Ada apa?" Erine memberanikan diri bertanya terlebih dahulu denga  suara yang lirih.

"Dalam keadaan takut gini aja lo keliatan menggoda."

"Jangan!" Erine menepis kasar tangan lelaki itu yang mulai menyentuh pipinya.

Lelaki itu mulai bersikap kurang ajar. Erine harus semakin waspada dibuatnya.

Mendapatkan tepisan kasar dari Erine justru membuat lelaki tertawa. "Keep calm! Masih ada waktu buat itu semua. Tepatnya setelah gue berhasil hancurin Davin," santainya.

"Tolong kalo ngomong dijaga!"

Lelaki itu kembali tertawa.

Erine tidak pernah lagi bertanya kepada lelaki itu tentang masalahnya dengan Davin yang sampai membuatnya bertindak sejauh ini. Walaupun penasaran, tapi Erine lebih memilih diam saja karena penolakan yang bernah ia dapat beberapa hari yang lalu. Lagipula apapun masalahnya, sekarang yang lebih penting itu adalah keselamatannya dan juga Davin.

Telunjuk besar tangan kanan lelaki itu tiba-tiba mencolek dagu Erine, membuat kepala Erine mendongak dengan bibir yang tertutup rapat dan mata yang enggan menatap lelaki itu.

Lelaki itu sedikit membungkukan badannya agar wajahnya dengan wajah Erine sejajar. "Lo gak penasaran lagi tentang masalah gue sama Davin?"

Erine mengalihkan tatapannya karena ia tidak ingin melihat sorot mata lelaki itu.

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang