"Boleh ya kak?" Ini mungkin sudah ke sebelas kalinya aku memohon pada kak Firza.
Dan selalu saja mendapat jawaban yang sama, "Kalo engga ya tetep engga!"
"Cuma 2 hari kok, Aku udh gede kali!"
Kak Firza mengunci leherku di lengannya, "Yang bilang kamu masih kecil sapa?" tanya kak Firza dengan nada gemas.
"Ya gaada sih, tapi kan kalo kamu ikut-"
kring....kring....kring.....
Aku melepaskan diri dari kak Firza, lalu meraih i-Phoneku yang tergeletak di meja.
Aku langsung mengangkat panggilan masuk itu, tanpa melihat caller idnya."Hallo assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam sayang, gimana udah izin Firza?" tanya sebuah suara yang selalu ingin ku dengar. Aku tersenyum ketika mendengar suaranya yang lembut itu.
"Udah si, tapi ga bole tau!" aku melirik ke arah kak Firza, dia malah memeletkan bibirnya. Dasar kakak ga jelas!
"Kenapa? Kamu udah bilang kalo aku yang ajak?" tanya Davin.
"Sudah Dav, cuma kata dia tuh-" I-Phoneku langsung di sambar oleh kak Firza.
"Hei bro!" Sapa kak Firza sok asik. Aku hanya mendecih melihat sikapnya.
"....."
"Ngapain ngajak Mita sih? Nanti kalo dia nyusahin gimana?" Mataku langsung mendelik mendengar ucapan kak Firza, Aku memukul lengannya.
"NYEBELIN!" teriakku. Lalu aku bersandar di sisi sofa yang kosong.
"Yakin mau bawa si manja nih?"
"...."
"Oke deh kalo gt, jagain Mita ya. Dia itu tanggung jawabku, makanya aku berat banget kalo dia pergi." suara kak Firza terdengar tenang.
Aku menolehkan pandanganku ke arahnya, wajahnya terlihat begitu khawatir. Aku jadi ga enak udah marah-marah sama dia, padahal dia cuma mau jagain aku.
"Yauda iya....Byee" Kak Firza menyodorkan handphone ke arahku.
Aku langsung memeluk tubuh kerempengnya erat-erat. "Maafin aku ya kak" Tak terasa air mataku mengalir, kenapa aku baru menyadari kalau tubuhnya sekarang lebih kurus?
Kak Firza balas memelukku, "Gapapa dek, kakak cuma khawatir aja kalau kamu kenapa-kenapa. Apalagi kakak ga ikut." Kak Firza mengelus rambutku dengan sayang.
"Kamu itu tanggung jawab kakak sekarang, papa sudah menitipkan kamu pada kakak selama papa gaada. Kalau kakak ngelarang kamu, bukan karena kakak ga sayang sama kamu Mita. Kakak sayang sekali sama kamu. Sampai kakak lupa kamu sekarang bukan lagi little princess kakak" Bulu kudukku meremang mendengar ucapan tulus kak Firza. Air mataku semakin deras mengalir.
"Maafin....hiks....Maafin mita kak...hiks..hiks" Baru kali ini aku menangis tersedu dalam pelukan kak Firza.
Kak Firza mencengkram kedua bahuku. "Jangan nangis Mita, kakak ngerasa ga becus jaga kamu kalo kamu nangis begini" Ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir di pipiku.
Kak Firza tersenyum, "Masakin aku makanan dong, laper nih!" Kak Firza mengusap perut ratanya itu.
Aku terawa melihat dia yang sekarang terlihat manja, "Okay captain! Hari ini harus makan yang banyak ya biar gendut. Pantes aja gaada yang mau sama kamu, orang kakak kerempeng gini" Aku mengangkat tangan kurusnya.
Kak Firza menjitak kepalaku, "Dasar adek durhaka!"
〰〰〰
"Davin aku takut" aku mengamit tangan kiri Davin. Keringat dingin mulai mengucut dari keningku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
ChickLitPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...