-Davin POV-
Ini sudah genap 8 bulan Mita-ku pergi. Belum ada tanda-tanda ia akan kembali. Bahkan anak buah Billy tidak dapat mengendus keberadaan Mita. Si bangsat itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia benar-benar membawa tunanganku. Tanpa memberiku kesempatan untuk bertemu.
Kepalaku mendadak nyeri, mengingat hal itu. Ini sudah sering terjadi. Maksudku, kepala yang terua berdenyut hebat saat memikirkan My Mita.
"Dave are you okay?" Okay ini adalah mom. Dia mendadak pindah ke berlin sejak aku mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu.
Well, mungkin sekitar 2 bulan lalu. Aku baru saja pulang dari ice club, salah satu club malam di kota berlin. Aku tidak mengelak, bahwa aku sedang mabuk kala itu. Kejadiannya begitu cepat. Aku menabrak seorang gadis, yang kebetulan adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Aku tidak lari. Tentu saja aku bertanggung jawab. Bahkan aku terus mengantarnya ke dokter spesialis tulang, untuk melakukan control rutin.
"Im okay" jawabku.
"Kau benar-benar pembohong yang sangat buruk Davin!" cibir mamiku tersayang,
"I dont know, its been 8 months mom. And i dont know where is she!" Aku menjabak rambutku yang mulai panjang. Mungkin panjangnya sudah seperti rambut salah satu super Hero, Thor.
Tidak ada Mita yang cerewet yang akan mengoceh panjang lebar kalau aku tak memotong rambutku. Bahkan sekarang bulu-bulu halus sudah tumbuh di sekitar rahangku. Aku sangat yakin, bila Mita di sini, ia akan langsung mencukur bulu-bulu halus ini.
Aku tertawa miris.
She will not comming back.
She never come back.
Desiran aneh mengalir di seluruh tubuhku. Hanya 8 bulan kepergiannya, membuatku begitu berantakan. Apa ia akan pergi selamanya?
Lalu apa jadinya aku?
"Halo tante Febe, hai kak Davin" suara cempreng itu tiba-tiba saja terdengar. Membuatku sedikit terkejut dengan kedatangannya.
"Hey Siera, come in" sapa mami.
Siera dengan senang hati, masuk ke dalam kamarku yang uh..... sedikit berantakan.
"Ada apa?" tanyaku ketus.
"Iih.... Kak Davin lupa ya? Hari ini Siera harus ke dr. schloghorn!" pekiknya. Aku sampai harus menutup kedua telingaku agar tidak rusak mendengar suaranya yang cempreng itu.
"Berisik! Gausah teriak." Aku menatapnya sinia.
Siera malah balik menantang tatapanku. Dasar anak kecil kurang ajar!
"Tanteee Kak Davin jahattt" Teriaknya kencang, lalu memeluk mami. Dasar anak kecil.
Mami menatapku dengan tatapan yang mengancam. Ugh baiklah ini memang tanggung jawabku! Tapi bisakah tidak di hari libur seperti ini?!
"Diamlah! Kau itu berisik sekali" cibirku. Tentu saja pada Siera.
"Davin" lagi-lagi mami menegurku. Dan Siera meleletkan lidahnya padaku. Aku tau dia mengejekku karena mami terus saja membelanya.
Dasar mahasiswi tidak waras.
"Fine. Ayo berangkat sekarang" ucapku malas sambil beranjak dari dudukku. Belum sampai selangkah, ada sebuah tangan yang menghentikanku.
"Kak Davin, gendong dong.... Kaki Siera sakit banget"
Aku memutar bola mataku jengah. Permintaan, dan alasan yang tidak pernah berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
ChickLitPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...