Di sinilah aku sekarang. Di sebuah kota indah di benua amerika. New York City! Aku tinggal di rumah kakek Anta. Mr. Andrew Pratama. Tapi beliau lebih suka di panggil Akung. Rumah akung Andrew bisa di bilang sangat mewah! Ini bukan hanya sekedar rumah, bagiku ini seperti mansion! Rumah dengan lantai 4, dan nuansa classic ini sangat nyaman untuk di tempati.
Knock...knock....
"Di are you ready?" suara Anta, terdengar dari balik pintu.
Dengan cepat aku menyisir rambutku, dan menyemprotkan parfume ke sekujur badanku. "Ya taa, tunggu bentar!" Aku memasang loubotin hitam favoritku, dan bergegas membuka pintu.
"Hey" sapaku pada Anta yang sedang memunggungiku.
Anta meneliti penampilanku, mulai dari ujung rambut, hingga ujung kaki dengan teliti. Ehm.... Sebenarnya aku sedikit risih dengan tatapan yang di berikan Anta.
"Aku aneh ya pake baju ini? Yauda ak-"
"Engga engga Di, kamu cantik." Anta tersenyum.
Aku melayangkan pukulan ringan di lengan kanannya. "GOMBAL" cibirku.
Anta malah terkikik geli, lalu menarik pinggangku untuk mendekat ke arahnya. Senyumnya masih belum pudar. Ia menatapku dalam. Aku jadi salah tingkah sendiri. Tangan kirinya bergerak mengusap pipiku, aku hanya diam sambil memejamkan mata, menikmati sentuhan Anta.
"Aku janji bahagiain kamu, cara bella*" ucap Anta. Aku membuka mataku, menatapnya tepat di kedua bola mata coklat, bak lelehan caramel milik Anta. Matanya menyiratkan ketulusan.
Andai saja Davin seperti Anta.
Andai ia taktak berhianat.
Andai Alisha tidak lagi datang ke kehidupan Davin.
Andai semua tidak terjadi.
Hatiku kembali nyeri meningat penghianatan Davin. Rasanya seperti ribuan belati tajam menancap di ulu hatiku. Sampai sekarang aku tak habis pikir, kenapa Davin bisa setega itu padaku?
Aku tahu semua laki-laki memiliki kebutuhan tentang seks. Tapi tidak bisakah ia bersabar sedikit lagi? Pernikahan kami bahkan hanya kurang beberapa minggu lagi.
Mana janjinya untuk tetap setia?
Mana janjinya akan selalu di sisihku?
Aku terlalu naïve berpikir, bahwa semua janji yang Davin ucapkan adalah suci.
"Di jangan nangis," ucapan Anta barusan membuatku tersadar. Dan entah kapan air mata ini turun dari pelupuk mataku. Anta mengusapkan kedua ibu jarinya, di bawah pelupuk mataku.
"Mulai sekarang, lupain Davin Di. Mulai semua dari awal sama aku. Aku akan jaga kamu. Kita bangun rumah tangga kita berdua. Hanya berdua Di. Ga ada Davin, ataupun wanita lain. Will you marry me Di?"
Deg!
Pengakuan Anta yang sangat mendadak membuatku bingung. Aku melepaskan diri dari dekapan Anta. Ini terlalu cepat untukku.
Aku bahkan baru putus dari Davin. Aku tidak mungkin langsung menikah dengan Anta secepat ini?
"A...Aku.... Aku masih gatau ta..." ucapku terisak. Aku berjalan menjauhi Anta, mendekat ke arah tangga.
"Ini terlalu mendadak... Aku...Aku baru putus sama Davin, hiks. Aku...Aku belum bisa lupain dia Ta" Tubuhku meluruh, menyandarkan kepalaku ke tembok bercat putih gading di sebelahku. Air mataku semakin deras mengalir.
Aku belum bisa melupakan Davin. Tidak. Tidak secepat itu.
Tapi aku juga ga mau ke hilangan Anta, My guardian angel. Sudah cukup Davin yang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
أدب نسائيPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...