Bajingan

777 48 9
                                    

Aku membuang nafas untuk kesekian kalinya. Pasalnya selama 2 jam aku dan Davin hanya diam, aku sibuk dengan waffle pesananku, sementara Davin entah dia hanya diam sambil menatap kopi hitamnya, dan sesekali ia melirikku.

"Davin sebenernya apa lagi yang kamu mau bilang? Kita udah 2 jam dan kamu cuma ngelamun ga ngomong apa-apa" ucapku jengkel.

Davin malah tersenyum lebar sambil memandangku.

"Kamu gak berubah sugar" 4 kata pertama yang akhirnya keluar dari seorang Davian Orthio Pahlevi.

"Jangan panggil aku gitu lagi," ucapku akhirnya.

"Kenapa?"

"Ya jangan aja Davin" jawabku jengkel.

"Ya alasannya apa sugar?" Davin malah menggenggam tanganku. Entah datangnya dari mana perasaan tak nyaman saat ia menggenggam tanganku.

Rasa ini telah berubah sepenuhnya ternyata." Batinku.

Tanpa mengurangi rasa sopanku, aku melepaskan tangan Davin dariku. "Pokoknya jangan aja" jawabku final.

"Fine aku akan tetep manggil kamu sugar. My beloved sugar" Davin!!! Dasar keras kepala!

"Karena aku ga suka panggilan itu" jawabku tegas.

Aku melihat wajah Davin sedikit terkejut. Guratan kecewa terbaca begitu jelas dari mata Davin. Sedetik kemudian ia tersenyum kecut.

"Kenapa? Bukannya dulu kamu sangat suka dengan panggilan itu?" Oke aku mulai paham arah pembicaraan kami kali ini.

Tapi haruskah ini dibahas lagi?
Padahal aku sudah sangat tidak ingin mengingat semua kejadian yang melibatkan aku dan Davin di masa lalu.

"Davin sekarang semuanya sudah berubah. Aku, kamu, dan rasa antara kita-"

"Aku masih sama sugar. Aku masih sangat mencintai kamu, sejak dulu. Sampai detik ini" Davin menatap mataku dalam. Aku hanya bisa menunduk karena tak ingin lebih lama terlibat kontak mata dengan Davin.

Kenapa harus seperti ini? Tidak bisakah aku kembali tenang tanpa harus ada Davin lagi dalam hidupku? Sudah ada Anta yang begitu baik mencintaiku. Andai tak pernah ada keberangkatan Davin dan Alisha kala itu, pasti tidak akan serumit ini kejadiannya.

"Tapi aku engga Davin" ucapku akhirnya.

"Disini-" ucapku sambil menunjuk bagian hatiku, "sudah terisi orang lain." Entah kenapa setitik air mataku terjatuh begitu saja. Davin terdiam, dari matanya begitu tersirat sebuah kesedihan

"Andai dulu kamu bisa lebih tegas pada Alisha. Andai dulu kamu tidak berangkat ke Jerman bersama Alisha. Semuanya gak akan serumit ini Davin"

"Sayang?"

Tunggu.

Itu suara?
Anta?
Aku menoleh dan menemukan tunanganku sudah berdiritegap di belakang kurskiku.
Hey ada apa dengan wajahnya?
Kenapa ia terlihat begitu bodoh dengan senyum lebarnya?

"Anta? Sini duduk sini" Aku menunjuk bangku kosong di sebelahku.

"Halo mr. pahlevi" sapanya saat ia susah duduk manis di sebelahku.

Davin hanya diam. Menatapku dan Anta bergantian. Entah apa yang di pikirkannya sekarang. Yang jelas aku hanya tahu kalau Davin sedang menahan amarahnya.
Suasana jadi canggung sekarang. Yatuhan kenapa aku harus di hadapkan dengan situasi seperti ini-_-

"Lama tak bertemu, apa kabar denganmu?" WOW! Tanpa ku duga Anta bersikap begitu baik pada Davin.

Aku tersenyum lega. Akhirnya, usahaku untuk mendamaikan dua orang ini berjalan dengan baik.

My Beloved SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang