-Anta's POV-
SIAL!
Haruskah bajingan itu datang lagi? Bagaimana ia menemukan Diendra? Buat apa dia datang lagi? Kalau niatnya untuk merebut Diendra, itu tidak akan mungkin terjadi. Diendra sudah menjadi milikku! Tidak ada yang boleh memilikinya selain aku.
"Aaarrrgggghhh" Aku menggeram, sambil menendang meja kecil di sampingku.
Aku merebahkan diri di sofa merah maroon yang ada di sisi ruang kerjaku. Tanganku menjambak sedikit rambutku yang sudah ku potong rapi.
He take her.
Berani-beraninya bajingan satu itu muncul lagi, setelah apa yang di lakukannya pada Diendra. Setelah semua sakit hati yang di rasakan Diendra, dan dia kembali untuk mengambil Diendra dari ku?
Tidak akan ku biarkan.
-Siera POV-
Aku melihat semuanya. Iya semuanya. Bagaimana kak Davin bertemu lagi dengan wanita cantik, yang sudah ku pastikan itu adalah kak Mita, mangan tunangannya. Bagaimana ia memukul laki-laki yang berusaha melindungi kak Mita, dan membawa kak Mita pergi bersama dengannya. Entah kemana. Yang jelas ia meninggalkanku sendiri disini.
Kenapa terasa begitu sakit melihat kak Davin dengan yang lain?
Kenapa kak Mita harus hadir lagi di hidup kak Davin?
Harusnya tidak seperti ini.
Harusnya aku yang bersama kak Davin. Bukan kak Mita atau wanita manapun. Aku menghapus air mataku kasar.
Tidak. Aku tidak boleh lemah. Bagaimanapun caranya, aku harus mendapatkan kak Davin.
-Diendra POV-
Davin masih diam. Sudah sekitar setengah jam ia hanya diam sambil mamadang ke arahku dengan tatapan kosongnya. Aku tau ia terluka. Goresan luka itu tercetak jelas di matanya. Ia terluka. Aku pun terluka. Bahkan bisa di pastikan luka yang ku rasakan lebih dari yang ia rasakan.
"Sugar...." Akhirnya suara Davin terdengar.
Aku mengangkat wajahku dan langsung menatap Davin. Yatuhan jika boleh jujur, aku masih sangat mencintainya. Ingin sekali langusng berlari ke arahnya dan langsung memeluk badannya. Ingin sekali aku memaafkannya. Ingin sekali kulakukan semua itu, andai saja harga diriku yang tidak berteriak menolak semua yang ingin ku lakukan.
"Aku memaafkanmu." ucap Davin.
What? memang apa salahku?!
"Maksud kamu?" tanyaku heran.
"Masalah pertunanganmu dengan Anta. Aku memaafkanmu. Anggap saja kita impas sekarang. Kita lupain semuanya yang udah terjadi. Sekarang kamu ikut aku, kita mulai semua dari awal." Wajahnya begitu tenang ketika mengucapkan agar melupakan segalanya.
What the Fuc*!
Aku sama sekali tidak merasa bersalah atas semua yang telah ku lakukan dengan Anta! Maksudku pertunangan ini. Ini terjadi karena menurutku aku, dan Davin sudah tidak bisa melanjutkan semuanya.
Dadaku naik turun menahan emosi yang sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja.
"Aku tau kamu bertunangan dengan Anta, hanya untuk membuatku cemburukan? Kau berhasil sugar, sekarang sudahi semuanya dan kembali-"
PLAK!
Aku melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Davin.
"Denger Davin, Kamu denger ucapan aku! AKU UDAH ENGGA CINTA SAMA KAMU. SEMUA YANG KAMU UCAPIN SALAH! AKU CINTA SAMA ANTA! Mulai sekarang lupain aku, lupain tentang kita! sekarang, ataupun kapanpun nanti aku, dan kamu tidak akan pernah bersatu." Aku mengucapan kebohongan demi kebohongan itu dengan berapi-api. Davin mengharapkan bahwa aku masih terus berharap padahanya setelah semua yang telah terjadi? Sebenarnya masih. Tapi dia terlalu percaya diri menganggap salahnya setimpal dengan salahku (yang sebenarnya aku sendiriri tidak merasa bersalah atas semuanya).
Aku meraih tasku yang tergeletak di sofa, dan berjalan keluar dari kamar ini. Sesekali aku menyeka air mata yang masih saja mengalir deras. Aku sendiri heran, setelah disakiti sedemikian rupa oleh Davin, kenapa air mata ini masih mau menetes untuknya?
"Sugar...." Ah Davin ternyata mengikutiku. Aku mempercepat langkahku menjauhi Davin.
Tapi apa daya Davin berhasil menyusulku. "Sugar aku mohon, maafkan aku." Kulihat matanya berair. Tapi siapa peduli? Menurutku semuanya sudah cukup.
Aku menggeleng, lalu berusaha mencari celah agar lepas dari Davin.
"Aku harus apa sugar? Aku harus ngapain biar kamh maafin aku? Biar kamu kembali lagi sama aku?" suaranya bergetar.
Tidak Mita. Tidak boleh memaafkannya.' seruku dalam hati.
"Tidak ada cara lain Davin. Kita udah berakhir. Aku harap kamu ngerti." Lagi-lagi aku menyeka air mataku.
Davin menarikku kedalam pelukannya. "Engga sugar, jangan ngomong kaya gitu. Kamu masih tunangan aku. Kamu masih mitaku, youre still my beloved sugar"
Nyaman.
Pelukan ini sama rasanya seperti pulang ke rumah. Hangat dan nyaman.
Tanpa sadar aku membalas pelukan Davin.
"Kita selesaikan ini bareng-bareng sugar....."
Di sela-sela tangisku, aku mengangguk. Entah apa yang membuatku mengangguk begitu saja. Bersama Davin aku merasakan kenyamanan yang tak ku dapat dari laki-laki manapun. Berasama Davin membuatku lupa, bahwa sudah ada Anta di hidupku sekarang.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Hai readers! wkwk
maaf baru muncul sekarang:( karena ospek dan tugas2 maba tidak semudah yang saya pikirkan:(
maaf ini singkat. Aku nulis ini di sela-sela kumpul ospek jurusan😂😂 maaf ga dapet feelnya.
Selamat menikmati!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
ЧиклитPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...