"Sayang aku udah pesenin tiket buat ke Malaysia selama 5hari," ucap Davin tiba-tiba.
Aku yang sedang mengunyah makananku, tiba-tiba tersedak. "uhuk..uhuk.." Davin menyodorkan lemon squash pesananku.
"Pelan-pelan dong sugar" Davin menepuk-nepuk tengkukku. Setelah kurasa sudah cukup minum, aku memberikan tatapan yang sinis ke arah Davin.
Davin bukannya menjelaskan kenapa dia tiba-tiba memesan tiket secara sepihak, Davin malah tertawa melihat ekspresiku. Aku melipat kedua tanganku di depan dada, sambil bersandar di kursi, lalu membuang pandanganku ke sembarang arah.
Ku dengar Davin mulai berhenti tertawa, " sugaaar, ngambek nih?" tanya Davin sambil merangkul pinggangku. Ya sekarang Davin duduk di sampingku, menikmati makan malam berdua.
Aku masih saja diam, seenaknya saja dia memesan tiket untuk ke Malaysia selama 5 hari. Aku kan jadi tidak enak hati, sama tante Shandra. Aku sudah sering tidak masuk kerja tahun ini. Dan sekarang Davin malah memesan tiket ke Malaysia?
"sayang jangan ngambek dong, sini dengerin aku dulu" Davin menarik-narik ujung bajuku.
"Hm" jawabku.
"Kalo ada orang ngomong, liat ke orangnya dong" Tidak boleh! Kalau aku melihatnya, melihat mata indahnya itu. Aku pasti langsung memaafkannya, but hey i wont forgive him easily!
Davin menangkup kedua pipiku, saat aku mulai lengah. Diputarnya wajahku, untuk menatap langsung ke arahnya. Ah ya, apa aku sudah bilang kalau Davin itu tampan? Pasti sudah, tapi ketampanannya selalu bertambah setiap hari, kurasa.
"Kita ga cuma liburan disana, ada sebuah hadiah spesial buat kamu yang udah aku siapin" suara serak Davin, malah terdengar seksi di telingaku. Membuatku ingin 'memakannya' saja.
Bodoh apa yang sedang kupikirkan?
"Davin, cincin tiffany & co sebagai cincin pengikat kita itu udah cukup" Ya aku baru sadar, kalau cincin pemberian Davin di ulangtahunku seminggu lalu, ternyata salah satu cincin khusus 'proposal' yang sangat terkenal.
Davin tersenyum, "Tapi aku mau ngasih kamu hadiah" Dasar kepala batu!
"Fine, tapi gimana kerjaanku Davin? Aku-"
"Aku udah ijin tante Shandra, and she said kamu boleh pergi"
Aku menghembuskan nafas panjang, mau gimana lagi? Davin tidak menerima penolakan, pastinya.
〰〰
Arrived!
Ah sudah 3 tahun lebih, aku tidak mengunjungi Malaysia. Biasanya aku rutin kesini, karena bisanya papa rutin mengajakku kemari, entah untuk mengunjungi rekan kerjanya, atau hanya sekedar liburan. Langit senja yang berwarna kuning keorangean, menyambut kedatanganku di tanah melayu ini.
Ah rasanya aku ingin langsung pergi ke sebuah kedai favoritku yang terletak di Ampang Jaya. Aku memncet bell kamar hotel Davin, mungkin sudah kesekian kalinya aku memencet bell di samping pintu kamar Davin.
Tak lama setelah itu, si pemilik kamar keluar. Davin selalu tampan, dan menawan. Aku tersenyum lebar melihat lelakiku yang sudah beriri di depanku.
"Udah siap sayang?" tanya Davin.
Aku mengangguk mantap.
Davin tersenyum, lalu menggandeng tanganku. Menautkan jemarinya di sela-sela jariku. "yuk" Davin mulai melangkah maju.
Aku masih diam, dan mematung di tempat awalku berdiri. Membuat Davin yang baru selangkah melangkah, kembali menoleh ke arahku.
Davin mengerutkan keningnya, "what's wrong sugar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
ChickLitPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...