Problem.

3.5K 103 0
                                    

Janan lupa vote!:D

Aku duduk di ujung restaurant pizza di daerah darmo. Menikmati seloyang Super Suprime dan segelas chocolate milk shake pesananku. Harusnya ada Davin disini, tapi Davin bilang dia harus menemani tante Febe menghadiri acara keluarga. Rada bete juga sih makan siang sendirian, eh ralat aku di temani dengan deadline design kebaya untuk koleksi bulan ini.

"Huff" aku menghembuskan nafas berat sambil membanting pensilku.

"semangat Mit semangat!"gumamku pada diriku sendiri.

Aku mengusap wajahku kasar, mataku melihat sekeliling restaurant ini siapa tahu ada 'inspirasi' yang lewat.

Deg!

pandananku tertuju pada sepasang manusia yang tengah memasuki restauran. Jari mereka bertautan, dan melangkah dengan percaya diri duduk di pinggir jendela. Itu gadis yang sama dengan gadis yang ada di acara pernikahan Fiko, 5hari lalu.

Jantungku berdegup kencang sekarang, bukankah harusnya Davin menghadiri acara bersama tante Febe? Ta-tapi kenapa?

Berbohong? Davin bohong? Sejak kapan Davin jadi sering bohong? Aku meraih ponselku, menekan deretan nomor yang ku hafal di luar kepala, dan meletakkannya di telinga kananku. Laki-laki yang bersama pasangannya entah kenapa menjauh dari meja mereka.

"Ha....Halo?" ucapku terbata.

"Ya sugar"

"Davin?" panggilku, memanggil namanya saja membuat jantungku terasa ditusuk ribuan belati tajam.

"ya princess ada apa?" ucapnya dengan nada tenang.

"ka-kamu dimana?" tanyaku terbata,

Jujur Davin ayo jujur,' sugestiku dalam hati.

"aku....ehm aku ada di rumah Fiko sugar, ada apa?"

Bohong! Kenapa harus bohong Davin?

"gapapa Dav, ehm-"

"aku kabarin nanti lagi ya sugar, mama manggil aku nih"

"Dav-"

"see you sugar"

Klik,

telfon dimatikan sepihak oleh Davin. Laki-laki itu kembali duduk di mejanya, dari sini aku dapat merasakan hangatnya pembicaraan mereka. Aku iri melihat tertawa lepas dengan gadis cantik di sampingnya,

dia bisa bikin kamu lebih bahagia ya Dav?' tanyaku lirih.

Aku benar-benar tidak kuat lagi, harus melihat mereka berdua yang asyik bermesraan di depanku.

Aku keluar dari restauran ini, mataku panas, jantungku terus saja berdebar. Setiap debarannya justru membuat hatiku tersayat.

Akhirnya aku sampai di sebuah taman sepi, aku menepikan mobilku dan turun. Entah kenapa rasanya aku suka dengan ketenangan taman ini. akhirnya air mataku tumpah sudah. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, tangisanku masih ku tahan agar tak ada isakan yang lolos dari bibirku.

"Heran deh ada gitu 2015 masih nangis di taman? hah pasti lo di putusin sama cowo lo ya" aku mengabaikan suara itu, mungkin saja dia sedang bicara dengan orang lain?

"Gue ngomong sama lo cewe rambut coklat" suaranya kali ini terdengar jelas sekali di telingaku.

aku membuka mataku, dan mendapati seorang laki-laki berkulit putih dengan rambut spike, sedang duduk di sampingku.

My Beloved SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang