Maaf sekali, konflik utama kayaknya di undur dl ya aku pengen ceritanya jadi rada panjang hehe
Thankyou<3
〰〰
Aku masih mematung di depan cafe, pandanganku masih tertuju pada dua orang yang sedang menikmati sarapan disana. Jantungku terus berpacu, dadaku naik turun menahan emosi yang membuncah di dalam dadaku.
"aw!" pekikku saat merasakan air dingin tumpah di tanganku.
Ternyata seorang pelayan perempuan, menubruk badanku yang jelas-jelas diam disini. Pelayan tadi terus saja meminta maaf padaku, aku menoleh lagi ke arah Davin. Matanya membulat sempurna, melihatku yang berdiri di depan sini. Aku membuang wajah ke arah pelayan di hadapanku lagi.
"Gapapa mba, permisi" Aku menoleh sekali lagi ke arah Davin, ia sudah hendak berdiri, tapi meliatnya begitu reflek aku langsung berbalik dan berlari menuju lift.
Suara berat Davin terdengar, memanggil-manggil namaku. Tapi aku terus saja berlari. Pikiranku benar-benar kosong sekarang.
Kenapa Alisha disini? Apa Davin mengundangnya juga?!
Ting.....
Pintu lift terbuka, aku langusng saja masuk dan menekan tombol 21. Saat hendak tertutup, sebuah kaki menahan lift yang hampir tertutup sempurna itu. Akhirnya pintu lift terbuka, laki-laki dengan polo shirt hitam itu langsung masuk kedalamnya.
Aku mundur hingga menempel di ujung lift ini. Dia berhasil mengejarku! Sial!
"sugar....listen to me pl-"
"Ga!" potongku dg ketus.
"Dengerin dulu sugar aku ga-"
"Stop Davin aku gamau denger!" bentakku sambil menutu kedua telingaku.
"kamu salah pa-"
"aku ga-"
"stop potong ucapan aku sugar!" bentaknya emosi. Mendengar bentakannya barusan membuatku terjingkat kaget.
Air mataku lagi-lagi meleleh, karena bentakan Davin. Setiap bentakan yang keluar dr mulutnya selalu membuat hatiku terasa begitu ngilu, Aku ga-
Cup!
Sebuah benda kenyal nan lembab menempel di atas bibirku, dan langsung melumatnya cukup kasar. Tangannya merangkul pinggangku, dan perlahan turun ke pantatku. Aku masih diam, tidak menolak, dan tidak membalas. Aku masih belum bisa mencerna dengan baik situasi yang terjadi sekarang ini. Dan tepat saat tangan Davin meremas bongkahan pantatku, dan menciumku semakin liar, kesadaranku pulih sepenuhnya. Aku langsung mendaratkan sebuah tamparan pada pipi kiri Davin.
Davin melepaskan dirinya dariku.
Tanganku mengepal, dadaku naik turun menahan emosi yang siap meledak kapan saja. Air mata yang sedari tadi ku tahan, akhirnya tumpah juga sekarang.
"Denger ya tuan Davian Orthio Pahlevi! Kamu kira saya apa? Hah?! setelah semalem kamu nolak aku mentah-mentah. Lalu pagi ini, kau memberi sebuah kejutan dengan hadirnya mantan kamu yang ganjen itu, dan sekarang kamu menciumku di dalam lift?! Kamu pikir saya wanita murahan apa? Hah?!" ku tumpahkan semua uneg-unegku pagi ini.
Davin menatapku tak percaya, biarlah dia harus tau semua yang aku rasakan pagi ini. Aku mendengus sebal, melihat Davin yang masih saja tidak bereaksi di hadapanku.
ting....
Pintu lift kembali terbuka, akhirnya aku keluar begitu saja tanpa menghiraukan si bodoh--yang tidak lain adalah pacarku sendiri-- yang masih terdiam di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sugar
Literatura KobiecaPernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu membali.Lagi-lagi dia memintaku menunggunya. Ditambah lagi dengan munculnya 'dia' diantara kami. apa aku masih bisa terus...