Sukuna melirik adiknya yang sedang bersenandung sambil memainkan ponselnya di atas ranjang.
"Saisho kara, Anata no shiawase shika negatte inai kara Sore ga tatoe watashi ja nai toshite mo Chanto saigo wa Kakushita omoi ga mitsukaranai you ni Yoko kara senaka osu kara Dare yori mo shiawase ni shite agete~"
"Kau suka lagu seperti itu ?"
Yuuji menoleh, "Tidak terlalu. Hanya saja nadanya mudah melekat."
Manik merah itu masih memperhatikan sang saudara yang lebih muda menggeser-geser layar ponselnya. Yuuji yang paham, mematikan ponselnya. Ia menyibak selimut lalu menariknya kembali menutupi perbatasan dada dan leher.
Lengan Sukuna secara otomatis memeluk tubuh mungilnya. Kepalanya ditempelkan ke dada lawannya, mendengarkan ritmis pelan di balik rongga-rongga rusuk.
"Selamat tidur, nii." Satu tangan di atas mengelus lembut rambut kakaknya. Mengantarkan kantuk di kelopak mata yang lebih tua.
"Mimpi indah, ya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Sukuna membuka mata, ia bangun terlalu pagi. Megumi masih tertidur di sampingnya. Sukuna bergerak perlahan, badannya beringsut turun, menempatkan kepalanya di dada Megumi. Telinganya mendengar degup jantung yang teratur.
Pikirannya sedang kalut. Ia rasa baru saja memimpikan sesuatu. Pemuda itu masih mendengar irama runtut yang berdebum, berharap dapat menetralkan debaran jantungnya.
Beberapa menit bertahan di posisi itu, Sukuna bangun dari tempatnya. Ia beranjak dari ranjang secara halus, berusaha agar tidak membangunkan seseorang yang sedang tertidur pulas.
