Prolog

41.3K 3.3K 165
                                    

Cerita ini kolaborasi dengan 3 penulis Kece (cinkiaewys - Ivory) (anothermissjo- Mint) (wulanfadi - Fuchsia)

🌼🌼

“Guys, pengumuman rangking paralel udah ditempel!”

Pengumuman ini paling ditunggu setiap pergantian semester. Sudah bisa ditebak siapa saja nama yang akan terpajang di lima besar. Siswa yang mendengarnya langsung berlarian. Saling senggol. Saling tepuk. Saling tebak. Saling menyalahkan. Dan saling lainnya.

 Sekejap, papan mading tanpa kaki yang menggantung di koridor utama, berukuran 200 cm x 80 cm meter itu berubah menjadi primadona. Tangan-tangan terulur dari segala penjuru. Bergerak dari atas ke bawah. Dari kiri ke kanan menyusuri daftar nama-nama siswa terbaik semester ganjil yang tertempel di balik kaca.

Lilac tahu dia tidak mungkin masuk di lima besar itu. Jangankan lima besar, di kelas saja dia tidak masuk sepuluh besar. Tapi Lilac tetap melihat daftar nama yang sudah jelas tidak akan memuat namanya di sana. Alasannya? Tentu saja untuk mencari nama pujaan hatinya.

Melihat nama pujaan hatinya terlihat di nomor dua rank paralel, Lilac mengulas senyum bangga. Ketika matanya kembali melihat rank selanjutnya, Lilac dibuat kaget melihat dua nama lima terakhir rank paralel yang familier.

"Ini serius? ANJIR! Gue harus kasih tahu mereka!" jerit Lilac, berlari mencari sosok yang mengejutkannya pagi ini.

Ketika matanya menangkap dua sosok yang sedang dia cari tidak jauh dari pandangannya, buru-buru Lilac mendekati mereka.

"ANJIR, SYA! MINT! Sejak kapan lo berdua belajar?!” teriak Lilac heboh.

Suara kerasnya membuat Baik Mint maupun Fuchsia menoleh.

“Belajar apaan, sih?” sahut Fuchsia sewot. “Daripada itu, Guys, mending liat dulu deh ini naskah. Nggak bener bang–”

“MAKANYA, SINI LIAT MADING!!!” Lilac kembali berteriak tak sabaran.

Lilac menyeret keduanya ke depan manding. Dari jauh, Fuchsia bisa mendengar suara sahut-sahutan ramai, tumpang tindih, dan sepertinya panas.

Dalam waktu yang juga sama singkatnya, berbagai reaksi dalam bentuk suara memenuhi pendengaran. Saling timpal menimpali. Berisik seperti pasar. Bertambah parah begitu para pemilik nama yang sedang dibicarakan mulai bermunculan. Membawa serta persaingan tak kasat mata di belakang mereka. Menguarkan aroma yang memiliki kemampuan serupa hipnotis. Mempengaruhi murid sekitar yang langsung terbagi dalam dua kubu.

               IPA dan IPS.

Semua siswa berkumpul melihat pemilik nama yang sedang dibicarakan menampakan wujudnya. Lilac ikut berkumpul bukan karena ingin mencari  nama pujaan hatinya di rank paralel. Tapi juga melihat Milo. Cowok yang disukainya satu tahun ini.

Milo sebenarnya enggan melihat pengumuman ini. Karena kenyataannya dia tidak begitu tertarik dengan rank paralel. Tapi karena Ivory memaksa, akhirnya Milo ikut pergi.

Milo menatap nama teratas yang sudah tidak asing.

 Ivorya Silvana Dewi - Rangking Paralel 1 – 11 IPA 1

Milo mendengus. Milo sudah bisa menebak kalau nama Ivory sudah pasti akan kembali mengisi urutan pertama. Milo tahu bagaimana berusahanya Ivory untuk selalu mempertahankan posisinya itu. 

Milo kembali melihat nama di Mading. Dan namanya ada di bawah Ivory.

               Milo Gautama – Rangking Paralel 2 – 11 IPA 1

               Sano – Rangking

Paralel 3 – 11 IPS 1

Amanda Fuchsia Aubre Liora – Rangking Paralel 4 – 11 IPS 3       

               Peppermint JayantakaRangking Paralel 5 – 11 IPS 3

“Semester ini anak IPS dapet rangking paralel lebih banyak dari anak IPA. Kayaknya, semester depan bisa nih kita geser anak IPA yang paling sok pinter.”

“Tapi, dua rangking pararel teratas semester ini, masih anak IPA. Dan kita emang pinter, bukan sok pinter. Karena, pada akhirnya kuantitas tetap kalah dengan kualitas.” Ivory menjawab datar, dengan suara sedikit gemetar. Entah menahan gugup atau marah.

Dahi Milo mengerut mendengar ucapan Ivory yang berdiri di depannya. Milo mendengus, dia tahu Ivory begitu membenci dua anak IPS yang mengisi dua rank terakhir paralel. Entah apa alasannya, Milo tidak ingin tahu.

Mengangkat bahu, Milo membalikan tubuhnya meninggalkan kerumunan siswa yang masih berdiri di depan mading. Baru satu langkah, matanya langsung menangkap sosok cewek yang selama ini mengganggunya. Dia Lilac Bhanuresmi.

End Prolog

Project ini kolaborasi bersama lima penulis kece❤️

Mint anothermissjo
Ivory cinkiaewys
Fuchsia wulanfadi
Lilac  @DhetiAzmi

Mint anothermissjo Ivory cinkiaewys Fuchsia wulanfadi Lilac  @DhetiAzmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang