Dua

12.8K 2.5K 101
                                    

Update🎉🎉 Jangan lupa vote dan komentarnya yaaa❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update🎉🎉 Jangan lupa vote dan komentarnya yaaa❤️❤️

Tidak ada yang menyenangkan di pagi hari selain kembali melihat matahari yang menyinari dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang menyenangkan di pagi hari selain kembali melihat matahari yang menyinari dunia. Sinarnya yang terang dan panas terkadang membuat orang enggan berlama-lama di bawahnya. Hanya Milo, hanya cowok itu yang tidak peduli dengan terik atau silaunya cahaya matahari. Tidak peduli panas matahari itu akan membakar kulit tubuhnya, tidak peduli jika cahayanya bisa membutakan matanya. Yang Milo tahu, hidupnya sudah mati sepuluh tahun yang lalu. Cahaya di hidupnya sudah tidak ada, hanya kegelapan yang kapan saja bisa melenyapkan kewarasannya.

Anak-anak seumurannya mungkin akan senang melihat pagi yang cerah seperti ini. Mereka akan pergi bermain setelah pulang sekolah. Nongkrong di kafe atau pergi ke suatu tempat yang menyenangkan. Hanya Milo, hanya cowok itu yang tidak tertarik dengan cuaca cerah.

Ya, Milo tidak suka dengan cahaya setelah melihat Papanya bahagia bersama orang lain. Bersama istri baru dan anaknya.

"Selamat pagi Sayang."

Milo menghentikan langkah kakinya mendengar suara merdu yang mengalun di pagi hari. Suara familier yang dulu membuat hatinya senang setiap kali panggilan Sayang itu terdengar, wajah yang sudah memperlihatkan keriput di bagian matanya membuat Milo sama sekali tidak bersimpati sekarang.

"Mau sekolah? Sini sarapan dulu. Mama buat omelet sayur kesukaan kamu."

Milo menatap datar wanita yang menyebut dirinya sebagai Mama. Wanita yang mengandung dan melahirkannya. Wanita yang sudah menghancurkan cahaya hidupnya.

Mengacuhkan ucapan mamanya, Milo melanjutkan langkah kakinya untuk keluar dari rumah.

"Milo, sarapan dulu Nak," panggil mama.

Lagi Milo tidak merespons ucapan mamanya. Milo terus melangkah sampai kakinya berdiri di depan motor ducati yang setiap hati membawa pergi ke mana pun dia mau.

Memakai helm, Milo menggas motornya meninggalkan halaman rumah. Meninggalkan wajah sedih mamanya yang lagi-lagi diabaikan oleh putra satu-satunya. Milo benci mamanya juga papanya. Milo membenci orang tua yang harusnya memberikan cahaya hidup dan kebahagiaan untuknya. Milo membenci semua hal tentang orang tua dan masalahnya setiap kali memori menyesakkan itu teringat.

Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang