Tiga puluh tujuh

2.7K 770 43
                                    

Update!

Absen dong siapa yang nunggin? ☝️☝️

Akhirnya update lagi ya bestie. Jangan lupa support komen dan votenya ya, kalo ada typo mohon di koreksi ❤️🙏



Milo seharusnya tidak berada di sini. Dia seharusnya tidak datang kemari hanya untuk mencari bukti yang tak perlu dia tahu. Seharusnya dia tetap egois dan membuat kesimpulannya sendiri seperti yang sudah dia lakukan dan membuat Lilac terluka karena keegoisannya. Tapi sekarang, dia malah datang kemari. Milo ingin meminta penjelasan yang bisa meyakinkan hatinya kalau kesimpulan dan tuduhannya itu salah. Dia masih ingin meyakini hatinya kalau Lilac memang tidak salah meski dia masih saja tidak bisa menerima kalau Lilac adalah anak dari seorang pelakor.

Sekarang, Milo melihat pemandangan yang tak dia sukai. Di mana Lilac sedang bersama sosok yang dia benci saat cowok itu berada di dekat Lilac. Dia satu-satunya cowok yang membuat Milo iri karena terlalu dekat dan tahu tentang Lilac daripada dirinya sendiri. Tapi sekarang, Milo tidak tahu harus berbuat apa. Dia bahkan tidak berani mendekat hanya untuk sekadar menyapa Lilac.

"Milo."

Milo berjengit kaget saat suara lain memanggilnya. Dengan cepat Milo membalikan tubuhnya, di sana sudah berdiri sosok yang sangat di kenalnya. Ya, itu Bunda Lilac. Wanita paruh baya itu mengerutkan dahinya bingung melihat Milo yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan rumahnya sendirian.

Milo tergagap. "Oh, Bunda."

Bunda tersenyum. "Ada apa? Mau ketemu Lilac ya?" tanya Bunda.

Milo gelagapan di tanya seperti itu. Bahkan dia sendiri bingung apa tujuannya datang kemari. Dia bahkan sudah tidak berbicara dengan Lilac setelah kejadian kemarin. Mengingat itu, Milo mulai punya pandangan berbeda kepada Bunda. Kebencian kepada orang lain mendadak dia rasakan kepada Bunda saat tahu fakta kalau wanita paruh baya di depannya adalah seorang wanita yang sudah merusak keluarga orang lain.

"Milo." Bunda kembali memanggil karena Milo tidak menjawab pertanyaannya.

Milo tersadar. Dia berusaha tenang dan bersikap sopan karena wanita di depannya adalah Bunda Lilac. "Ah enggak kok, Tante. Saya kebetul─"

"Milo."

Milo menggantungkan ucapannya yang belum selesai saat suara lain memanggil namanya. Milo menoleh, di sana Lilac sudah berdiri. Wajahnya terlihat marah dan cemas.

Dengan langkah cepat Lilac berjalan ke arah Milo. "Ngapain lo di sini?"

Untuk pertama kalinya Milo mendengar nada suara Lilac yang tidak ramah. Cewek itu terlihat marah dan tidak senang melihat kehadirannya. Tidak seperti bisanya, Lilac akan menyambutnya dengan senyum ceria.

Memang apa yang Milo harapkan sekarang? Sangat wajar kalau Lilac bertingkah seperti ini mengingat dia sudah menyakiti cewek itu kemarin.

Lilac menatap Milo lalu bergantian menatap ke arah Bunda. Menggeram kesal, Lilac menarik satu tangan Milo agar pergi dari sana. Milo yang tak siap dan juga bingung tidak memprotes apa yang Lilac lakukan. Sampai mereka berhenti di tempat sepi yang jauh dari rumah Lilac, Lilac melepaskan tangan Milo yang tadi di tariknya.

Tanpa basa-basi, Lilac kembali mengajukan pertanyaan yang sama. "Lo ngapain ke sini?"

Milo tergagap, dia mendadak tidak punya alasan. "Itu─gue Cuma kebetulan aja lewat sini."

Lilac mendengus sinis. "Kebetulan lewat dan berdiri di rumah gue?" tanyanya, tidak percaya. "Lo pikir gue percaya."

Milo yang di tanya seperti itu malah ikut kesal. "Kenapa? Ada yang salah? Gak boleh gue ke sini?"

Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang