Sebelas

8.8K 2K 186
                                    

Update 🎉

Jangan lupa vote dan komentarnya ya ❤️ selamat membaca ❤️❤️

Terkadang ada banyak hal yang tidak bisa ditebak. Seperti rasa sukanya kepada Milo yang sudah dia pendam satu tahun ini, tidak, tapi lebih. Dengan memerhatikan cowok salah satu peringat pararel di sekolah membuat Lilac semakin sadar diri, tapi tidak pernah punya sedikit pun tekad untuk menyerah. Bahkan Lilac terkadang menguntit Milo. Karena semua tentang Milo untuknya sangat menyenangkan. Tidak peduli Milo risi dengan sikapnya.

Tapi sekarang kesadaran dan rasa malu Lilac mulai mengambil alih. Perasaan memuja yang gila itu mulai tersisihkan dengan banyak fakta yang Lilac tahu. Salah satunya bahwa Milo sudah punya pacar dan itu jelas bukan dirinya. Lilac tahu karena dia melihatnya sendiri hari itu. Dan dengan bodohnya dia malah memberikan rayuan gombal yang membuatnya malu.

Ketika tekad itu sudah tumbuh, tekad untuk mencoba menjauhi Milo. Tiba-tiba cowok itu malah berubah. Mulai dari sapaan pagi hari yang tidak pernah Lilac dengar sebelumnya, dan senyum manis yang dia tebarkan di sekolah membuat Lilac semakin yakin kalau Milo sangat jatuh cinta dengan cewek yang dia temui di toko bunga waktu itu.

Lilac sangat suka Milo, tapi dia tidak akan merusak hubungan Milo hanya untuk rasa suka semu itu. Lagi pula sudah jelas Lilac dan Milo tidak mungkin punya hubungan spesial. Lilac dan Milo diibaratkan air dan minyak. Meski dekat, mereka tidak bisa bersama.

Dan sekarang, cowok yang mati-matian dia jauhi mendadak muncul di depan matanya. Dan jarak mereka sangat dekat sekali,

"Lilac, lo denger gue?" tanya Milo menyadarkan Lilac dari lamunannya.

Lilac mengerjap, matanya kembali membelalak melihat Milo yang sedang jongkok di sampingnya. Satu tangan Lilac menyentuh dada yang membuat debaran keras. Lilac meringis tidak lama cewek itu mengaduh.

"A─aduh, jantung gue."

"Kenapa? Lo sakit?"

"Aduh─jangan deketin gue," protes Lilac ketika Milo dengan sigap hendak menyentuh bahu Lilac. Masih dengan memegang bagian dadanya yang berdebar, Lilac mencoba mengatur napas yang tidak beraturan.

"Lo kenapa? Punya penyakit bengek?" tanya Milo yang membuat Lilac langsung mendelik ke arahnya.

"Gara-gara lo, tahu!"

"Kok gue?"

"Iya elo, siapa lagi. Ngapain pakai acara jongkok di depan gue segala."

"Karena kepala lo sakit, makanya gue bantuin lo buat lihat muka gue."

"Gak perlu, kenapa juga gue harus lihat muka lo," sahut Lilac ketus. Reaksinya mendadak berlebihan karena debaran jantung dan perasaan senang yang kembali merebak masuk ke dalam hatinya.

"Buat buktiin kalau lo gak bohong," kata Milo santai.

Lilac memejamkan matanya, dengan cepat dia mendongak menatap Milo yang sekarang sudah berdiri di depannya. "Gue gak bohong. Mata gue kan cuma dua, di sini," kata Lilac menunjuk sepasang matanya. "Seandainya mata gue ada di atas kepala, gue gak mungkin bangun tiba-tiba dan buat lo jatuh,"

Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang