Dua puluh tujuh

4.1K 1.1K 192
                                    

Seneng gak nih rajin update? Kalo bab ini bisa tembus 800 vote hari ini juga bakal double update! Kalo gak, ya sabar aja nunggu updetan selanjutnya 😽

Selamat membaca❤️ vote dan komentarnya yang buanyak❤️

Cewek itu susah di mengerti, bahkan terkadang mereka tidak mau mengalah dan bertingkah seolah-olah menjadi orang yang paling tersakiti yang sebenarnya mereka sendiri yang membuatnya.

Milo di buat kesal dengan tingkah Lilac yang mendadak menghiraukan kehadirannya. Cewek itu menganggap Milo seakan tidak, bahkan dia sedari tadi berada di sisi cewek itu.

"Lo denger gue gak?" ini bukan pertanyaan pertama yang Milo lontarkan kepada Lilac. Sedari tadi tidak ada satu pun pertanyaannya di jawab Lilac.

"Enak banget Es Bubble rasa strawberry nya," kata Lilac. Lagi-lagi menghiraukan pertanyaan Milo.

Milo mengusap wajahnya gusar. Dia sudah sangat kesal dengan tingkah Lilac yang seperti ini. Milo rasa dia tidak punya salah kepada cewek ini, tapi kenapa Lilac bersikap aneh kepadanya?

"Gue tahu lo gak budeg ya, Lilac. Lo denger omongan gue kan?" tanya Milo lagi.

Lilac mendekatkan minuman yang ada di tangannya ke satu telinga. "Perasaan tadi ada suara. Suara apa ya?" tanyanya.

Milo menggeram. Kesabarannya sudah hilang. "Selain bodoh ternyata lo itu budeg juga."

Mendengar sindiran itu Lilac langsung menyipitkan pandangannya ke arah Milo. Sedari tadi dia sengaja mendiamkannya karena masih kesal mengingat Milo baru saja mengantarkan Ivory. Dan tadi cowok menyebalkan ini bukan membuat hatinya tenang, dia malah memakinya. Dan sekarang, dia melakukannya lagi.

"Ah, akhirnya lo liat gue juga. Udah melek mata lo?" Milo kembali bertanya dengan nada kesal.

Lilac mendengus. "Oh ada lo. Ngapain di sini? Susu tuh harusnya di kulkas kalau gak di dapur. Bukan nongkrong di Kedai."

Milo melotot. Tidak lama dia memejamkan matanya. Menarik napas lalu menghembuskannya. Mencoba mengambil kembali sisa-sisa kesabarannya yang sempat hilang.

Setelah hatinya sedikit lega, Milo kembali melihat ke arah Lilac lalu bertanya. "Lo kenapa?"

"Gue kenapa?" bukan menjawab Lilac malah balik bertanya.

"Ya gue gak tahu, makanya gue tanya lo."

Lilac mengedikan bahu. "Gue gak apa-apa."

"Udah jelas ada apa-apa," kata Milo.

Lilac berdecak. "Di bilang gak apa-apa."

Milo menyipitkan matanya. "Gue gak yakin."

Lilac berdecak. "Terserah lo. Lagian ngapain lo di sini? Mending lo ke sana ketemu Ivory. Tadi kan lo habis ngantar dia balik. Ngapain kemari, suka banget gangguin gue. Seneng lo ngatain gue terus, hah? Mentang-mentang pinter beraninya ngatain gue," omel Lilac. Tanpa sadar mengutarkan alasan kekesalannya kepada Milo.

Milo diam, tidak lama cowok itu menyeringai. "Lo cemburu ya?"

Lilac mengerjap, dengan cepat menoleh ke arah Milo. "Hah? Apa? Siapa yang cemburu."

Milo tersenyum. "Udah jelas lo cemburu. Lo cemburu liat gue anter Ivory balik?" tuduh Milo, benar.

"Dih. Gak peduli gue, mau lo nganter Ivory kek, Kuntilanak kek. Bukan urusan gue ya," elak Lilac.

"Cie, cemburu ya lo."

"Gak!"

"Halah gak mau ngaku."

Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang