Sembilan Belas

7.3K 1.7K 369
                                    

Akhirnya update lagi gaes!

Mak kasih tantangan nih. Kalau sampe 1k vote sama 300 komen Mak kasih double update hari ini juga!! Ayoo capai target!! 🔥🔥

Selamat membaca, jangan lupa cek typo juga yaa🥰

🌼🌼

Tawa lebar Milo yang pertama kali Lilac lihat seumur hidup mengagumi cowok itu, membuatnya sempat bingung dan terpesona beberapa saat sebelum kalimat menyebalkan Milo kembali terdengar dan membuat Lilac kesal.

"Ternyata bener kalo lo itu emang bodoh."

Lilac mengembungkan pipinya kesal. Kalimat itu terus berputar di pikirannya. Bahkan selalu terdengar ke mana pun kakinya melangkah. Ke kamar mandi, makan, bahkan saat dia sedang asyik dengan acara kartunnya, moodnya tiba-tiba berubah kesal ketika kalimat menyebalkan dan tawa mengejek Milo melintas lagi di pikirannya.

"Kok bisa gue suka Milo ya?" tanya Lilac kepada dirinya sendiri. Dulu di mata Lilac, Milo itu cowok misterius. Ganteng, dingin dan cuek. Tapi sekarang, kok Lilac jadi kesal? Memang sih rasa sukanya kepada Milo masih tidak hilang, malah tidak akan bisa hilang sepertinya, karena cowok itu malah semakin dekat dengannya.

"Tapi sekalipun dia nyebelin, dia tetep ganteng. Gimana gue bisa benci coba," keluh Lilac. Cewek itu lagi-lagi mendesah. Tidak tahu kenapa sekarang dia mendadak dekat dengan Milo. dulu, boro-boro bisa dibonceng Milo. membuat Milo melihatnya saja susahnya seperti memancing di lubang kecil.

"Sayang, ada Geo di luar tuh." Suara Bunda membuat Lilac menatap pintu kamarnya yang tertutup. Dahinya mengerut mendengar nama Geometri yang disebutkan.

"Mau ngapain dia malem-malem ke rumah," gumam Lilac. Tidak lama cewek itu berdecak. "Pasti dia mau minta bantuan gue lagi karena mau keluar."

"Lilac, kamu tidur?" tanya Bunda lagi.

"Gak Bun, belum." Lilac buru-buru membalas. Dengan cepat turun dari atas tempat tidur dan membuka pintu kamar.

Bunda tersenyum. "Kamu lagi apa? Bunda panggil nyaut lama."

Lilac terkikik. "Gak apa-apa. Biasa, cewek."

Bunda menggelengkan kepalanya. "Yaudah sana keluar, Geo nunggu di teras."

"Ngapain sih dia ke sini." Lilac mengomel. Hari ini dia sedang tidak ingin di ganggu karena masih kesal.

"Jangan ngomong gitu, ah. Sana samperin," tegur Bunda.

Lilac mendesah, dengan malas membalas. "Iya."

Lilac berjalan ke teras rumah di mana Geometri sudah menunggu. Duduk di kursi sembari menikmati pisang goreng buatan Bunda. Cowok itu bahkan berpakaian santai dengan baju lengan pendek dan celana pendek rumahan.

"Lo ngapain ke sini Ge?"

Geometri menoleh, Lilac sudah berdiri di sampingnya. "Dih gitu amat. Sombong lo, mentang-mentang udah deket sama Milo sekarang."

Lilac berdecak. Cewek itu berjalan melangkahi kaki Geometri lalu duduk di kursi samping Geometri. "Berisik."

Satu alis Geometri naik. Melahap pisang goreng di tangannya, Geometri memerhatikan Lilac. "Lo kenapa? Kok wajahnya asem gitu. Harusnya seneng kan akhirnya main sama Milo."

Lilac melirik sinis Geometri. "Seneng mata lo. Gak ada seneng-senengnya gue, yang ada kesel."

"Tumben," balas Geometri.

Lilac berdecak. "Kok tumben sih!"

Geometri mengedikkan bahu. "Ya iya tumben. Bukannya lo suka Milo? udah berapa lama lo suka dia? Bahkan ngejar-ngejar dia terus. Sekarang udah deket malah gak seneng."

Lilac (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang