39.04. 19 Juni 2005. Radith.

81 7 2
                                    

— 09:31

"Nanti sore ga usah pulang bareng ya" ucap Alice setelah menyerahkan helmnya ke Arm yang baru selesai memarkirkan motornya. Hari ini Alice tidak ada jadwal jaga perpustakaan, tapi kenapa ia tidak mau pulang bareng?

"Kenapa?" Tanya Arm sedikit bingung.

"Aku mau ketemu sama temen aku. Kebetulan kita sekampus terus hari ini dia bisa ketemu. Mumpung aku juga lagi ga jaga perpus"

"Siapa?"

"Namanya Radith"

"Cowo?"

"Iya"

"Aku kenal?"

"Ngga. Bukan anak fisip. Next time aku kenalin ke kamu. Sekarang aku berdua dulu sama dia. Ada yang mau dia ceritain soalnya"

"Tapi"

"Ga ada tapi-tapian"

"Yaudah terserah"

"Yaudah aku masuk dulu ya. Udah mau telat aku. Dadaaah. Sampe ketemu besok sayang"

"Iya"

Alice pergi memasuki gedung fakultas, meninggalkan Arm yang masih terduduk di motornya dengan muka kesal. Arm yang masih menunggu penjelasan rinci mengenai sosok Radith itu, ditinggal Alice begitu saja. Membuatnya sedikit kesal.

— 16:08

Arm baru saja selesai mengerjakan tugas kelompoknya bersama Off dan Tay di kosan Off. Ia terus terusan mengecek handphonenya yang sedari tadi sangat sunyi. Tak ada satupun pesan masuk dari Alice.

"Kenapa lu gelisah banget sih?" Tanya Tay yang mulai risih dengan tingkah laku Arm.

"Berantem lo?" Kini giliran Off yang bertanya

"Ngga. Alice lagi jalan sama cowo" jawab Arm dambil mengacak rambutnya dengan kasar.

"Oya? Siape?" Tanya Tay.

"Temen SMAnya. Apa gue samperin ya anjir gue ga tenang nih"

"Emang lu tau mereka dimana?" Tanya Tay. Saat ini Off sedang merapihkan gelas-gelas bekas mereka untuk dicuci di dapur luar.

"Ya ngga. Kata Alice deket sini sih. Ya gue samperin aja satu satu tempat makan ntar juga ketemu"

"Yeee. Ga usah aneh aneh lo" celetuk Off yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Kalau itu cowo suka sama Alice gimana? Kalau itu cowo lagi deketin Alice gimana? Atau ternyata itu mantannya Alice terus tiba-tiba ngajak balikan gimana?" wajah Arm saat ini mulai panik atas pikirannya sendiri.

"Jelek bego lu mikir negatif sama cewe lu. Artinya lu ga percaya sama Alice. Padahal kalau gua jadi Alice ya, gua yang harusnya lebih khawatir punya pacar kaya lu Arm. Yang ngejar banyak, padahal mereka udah tau lu punya pacar" ucap Tay.

"Ya tapi gue kan ga ngeladenin mereka. Alice juga ga masalah"

"Ya tapi lo tau emang perasaan Alice sebenernya gimana? Kalau Alice ga masalahin, artinya dia percaya sama lo. Alice aja bisa percaya sama lo. Masa lo ga bisa percaya sama dia?"

Mendengar jawaban dari Tay, Arm langsung diam. Benar juga, selama ini Alice seperti tidak memperdulikan popularitas Arm yang masih sering mendapatkan pesan singkat atau sapaan dari wanita-wanita yang menggoda Arm.

Arm terlarut dalam pikirannya, hingga Off yang baru selesai mencuci piring kembali ke kamar dan mendapatu wajah Arm yang sedang berpikir keras. "Kenapa?" Tanya Off ke Tay yang sedang memainkan handphonenya. Dan Tay hanya mengangkat kedua bahunya.

Married (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang