— 23:19
"Arm... anakku besok udah 14 tahun" ucap Alice tiba-tiba sambil meletakan iPadnya di kasur. Alice ingat betul tanggal dimana ia melahirkan anak satu-satunya itu, yang sekarang sudah beranjak remaja. Arm yang sedari tadi terus sibuk dengan remote tv nya untuk berganti siaran tv, tiba-tiba ikut menghentikan kegiatannya.
"Kamu mau berdo'a apa buat Pat tahun ini?" Tanya Arm balik ke Alice yang jadi fokus menonton siaran tv yang tidak sengaja Arm pilih itu.
"Hm, kayaknya aku mau berdo'a semoga kamu sama Pat akur deh" ucap Alice dengan helaan nafas berat "Kamu tuh bisa ga sih ga usah isengin anak kamu seharian?" Lanjut Alice sambil menengok ke Arm yang sedang memperhatikannya berbicara itu.
"Haha seru tau dia tuh kalau Aku isengin. Kamu taukan muka dia kalau ngambek kaya apa? Nah itu tuh lucu banget. Mangkanya aku seneng isengin dia" jawab Arm sambil mulai kembali fokus ke remote tv yang tadi sempat ia hentikan.
"Muka kamu tuh 11:12 sama Pat. Muka ngambek Pat ya muka ngambek kamu tau". Ucap Alice sambil sedikit terkekeh
"Masa sih?" Arm kembali menengok.
"Aku tuh merasa terhianati banget. Aku yang ngandung 9 bulan. Aku yang kesakitan waktu ngelahirin. Aku yang nyusuin dia 2 tahun 2 bulan. Tapi mukanya kamu banget, aku ga dapet sama sekali"
"Hahaha". Arm tertawa mendengar ucapan Alice itu. "Tapi semoga sifat pinternya, baiknya, dan penyayangnya kamu nular ke Pat ya. Kalau mukanya mirip Aku terus sifatnya kaya Kamu, duh sempurna banget pasti anak aku" rayu Arm yang membuat Alice tersenyum.
"Ih sok ganteng" yang ditutup dengan cubitan pelan di perut Arm.
"Arm, mau ke kamar Pat lagi ga malem ini?" Tanya Alice yang sedang memikirkan cara untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuk anaknya. "Ngga deh Bun, taun lalu kita sok sokan surprise, udah capek capek jalan jinjit, nyalain lilin, eh anaknya udah tidur. Akhirnya kita yg tiup lilin" kenang Arm pada kegagalan surprise tahun lalu.
Benar juga, tahun lalu mereka mencoba membut surprise ke kamar Pat dengan mengendap-endap dengan harapan Pat akan terkejut. Namun gagal karena Pat sudah tidur saat itu.
"Yaudah Aku mau ucapin yang pertama aja di grup keuarga kita. Aku mau dia tau kalau dia punya Aku sama Kamu, yang akan selalu jadi yang pertama untuk dia dalam keadaan apapun" ucap Alice.
Setelah selesai bicara, tidak terasa air mata Alice telah menetes. Alice ingat betul, bagaimana susahnya ia menjadi seorang Ibu pada saat umurnya masih 19 tahun. Bagaimana perjuangan yang harus dilewati sampai mereka bisa dititik saat ini. Bagaimana Alice harus tetap mengajar saat perutnya sudah bulat sempurna, untuk membiayai persalinan anaknya. Bagaimana Arm harus kerja tanpa tidur 24 jam, untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Alice masih menangis dipelukan Arm saat ini, tangis haru campur bahagia atas perjuangan mereka hingga saat ini. Hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Alice untuk memiliki anak diumur yang masih belia. Diumur yang masih ingin mengejar cita-cita dan impiannya. Namun, Alice tidak pernah menyesali sedetik pun untuk mempertahankan Pat di dalam perutnya. Selain dukungan Arm, Alice juga mengaggap Pat adalah hadiah yang dikirimkan oleh Tuhan untuk dirinya.
Apalagi Arm, waktu Arm tau Alice mengandung, tidak pernah terbesit dibenak Arm untuk menggugurkan anak itu. Tentu ada masa dimana Alice merasa ingin mengugurkan anak dikandungannya, namun Arm lah yang meyakinkan kalau mereka bisa. Arm sampai berjanji dengan Alice, jika setelah melahirkan Alice ingin pergi dari dirinya dan anaknya, Arm akan merelakan kepergian Alice dan akan merawat anaknya sendiri. Hal itu lah, yang membuat Alice menangis sejadi-jadinya, dan menyesali pikiran jahat yang ia lakukan.
"Udah dong nangisnya, ini udah 14 tahun loh Bun. Masa kamu mau nangis terus tiap ulang tahunnya Pat. Kamu mau nangis sampe Pat umur berapa?" tangan kanan Arm tidak berhenti mengelus pundak istrinya sembari si tangan kiri menarik tisu di nakes untuk diberikan ke Alice.
"Aku...... hik Aku ga nyangka banget aku bisa hik... Pat udah 14 tahun Arm. Aku mau bilang makasih ke Pat karena hik... dia udah jadi anak aku selama 14 tahun hik... ini" isak Alice.
Arm menangkup kedua pipi Alice yang basah, dan menatap mata Alice dalam-dalam "Iya sayang. Aku juga mau bilang makasih ke Pat, karena apa ya, dia tuh udah jadi anak yang baik untuk kita. Ganteng karena nurun dari aku pasti, terus dia penurut, pinter, ga neko neko. Aku ga tau kenapa dia bisa punya manner sebagus itu. Pasti ini gara gara kamu. Artinya kamu berhasil ngedidik Pat buat jadi anak yang baik".
Mendengar ucapan itu, tidak meredakan tangis Alice dan malah sebaliknya, air matnya jatuh semakin deras "Kamu hik... juga. Makasih ya hik... Arm udah ga nyerah sama aku waktu itu. Kamu mau perjuangin hik... Aku. Sama bapak dulu hik... Aku cinta hik... banget sama kamu sama Pat hik..."
"Sumpah deh, kamu mending udahan nangisnya. Lucu banget ngomong sambil nangis gitu." Ucap Arm sembari menghapus air mata yang membasahi pipi Alice.
"Eh udah jam 00:00 nih. Siap siap yuk" yang kemudian dijawab anggukan oleh Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married (END)
FanficArm (33) dan Alice (33) adalah sepasang suami-istri yang sudah menikah selama 14 tahun. Menikah ketika sama sama masih berumur 19 tahun. Anak semata wayangnya, Patrick (14) adalah alasannya. Cerita ini akan mengisahkan keseharian pasangan muda dan...