14. 29 Oktober 2020. A Plan.

270 18 0
                                    

— 18:34

Handphone Pat bergetar di meja belajarnya, saat ini Pat sedang belajar di kamarnya. Setelah kejadian kemarin, Pat jadi kembali belajar di kamar, tidak di dapur lagi.

Pat membuka pesan yang dikirim dari Bundanya dan hampir saja ingin teriak bertanya mengapa mengirim pesan. Untungnya, Pat sudah membuka isi pesan itu terlebih dahulu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pat senyum senyum sendiri saat ini, kegiatan mengirim pesan dengan Bundanya sudah berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pat senyum senyum sendiri saat ini, kegiatan mengirim pesan dengan Bundanya sudah berakhir.

"Pat... makan malam dulu, Nak" Bunda memanggil Pat dari luar kamar. Sambil mencoba menahan senyumnya karena saat ini Arm sudah sampai rumah.

"Arm, kamu ga usah aku panggil-panggil deh. Makan dulu, nanti lanjut lagi kerjanya" Panggil Alice dari meja makan.

Memang, sejak bisnis fashionnya berkembang pesat, Arm sering kali membawa pulang kerjaannya. Dan tempat favorite Arm untuk bekerja di rumah adalah sofa di ruang tv.

Saat ini mereka ber 3 sudah selesai makan, dan Alice sedang mencuci piring bekas makan malamnya.

"Alice" Alice merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. "Tumben manggil aku Alice" jawabnya.

Arm hanya diam dan mengistirahatkan kepalanya di punggung Alice.

"Arm, beraaat" Alice merasakan beratnya tubuh Arm yang disenderkan ke dirinya saat ini. "Kenapa? Ada masalah di kantor?" Alice merasakan Arm menggelengkan kepalanya. "Terus kenapa?"

"Gapapa. Mau manja aja sama kamu. Kamu kan manjain Pat terus"

Mendengar jawaban Arm, Alice menghembuskan nafas panjang. Akhirnya, Alice melanjutkan kegiatan mencuci piringnya dan menbiarkan Arm terus memeluknya dari belakang.

"Alice, Anak aku udah 14 tahun sekarang. Kamu nyangka ga sih aku bisa ngebesarin anak aku sampe segede ini?" Ucap Arm tiba-tiba.

"Bener anak kamu? Kalian berantem mulu soalnya jadi aku ragu itu anak kamu atau bukan" kekeh Alice.

"Ya Anak aku lah. Anak kita. Anak Alice dan Arm. Meskipun berantem mulu, aku sayang loh sama dia" jawab Arm.

"Kalau ga sayang aku getok pake panci kamu" Alice menunjukan Panci yang saat ini sedang ia sabuni, menandakan ia akan memukul Arm dengan panci tersebut.

Married (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang