PART 12 | KESULITAN

529 25 3
                                    

HAPPY READING

Seorang gadis dengan kaca mata kini menghampiri geng Revan, gadis tersebut adalah salah satu gadis yang sangat cerewet, gadis yang selalu adu mulut dengan Arsha. Sebut saja namanya Nia. "Heh! Bayar uang kas!" suruhnya dengan nada yang begitu galak.

"Apa-apaan lo main minta emang gue suami lo apa?" kata Arsha dengan seenaknya.

"Gue ini bendahara dan lo udah empat kali nggak bayar jadi totalnya jadi 20.000, " Nia yang sudah sangat bosan meminta uang kas kepada Arsha. Ini juga sebenarnya membuang waktunya, tapi karena suruhan dari wali kelas maka ia harus mengiyakan segalanya.

"Enak aja, perasaan kemarin gue bayar deh,"

"Perasaan lo aja, Arsha cepet gih! Gue juga pengen istirahat."

"Kita bakal bayar, asalkan lo mau nuruti ucapan gue." kata Revan.

Yang lainnya tentunya langsung mengarahkan pandangannya ke Revan, apakah rencana Revan kali ini.

"Karena gue ingin cepet, jadi lo mau apa?" tanya sarkaa Nia yang sudah lelah daritadi.

"Bentar lagi gebetan gue mau dateng, nah lo harus duduk di samping gue terus pegang muka gue! " perintah Revan.

"Ogah! Eh tapi iya deh demi uang kas. Lumayan juga kan gue, nyentuh muka cowok ganteng," sadar Nia.

"Lo minggir!" suruh Nia ke Dean. Kini ia berada di samping Revan.

"Mana gebetan lo?" tanya Nia.

"Bentar lagi juga dateng, nah tuh udah dateng cepet pegang muka gue!" desak Revan.

Revan memang melihat ke arah Nia, tapi dari sudut matanya dapat ia pandang bahwa raut muka Aura berbeda ketika melihatnya bersama Nia. Senang dan juga bahagia melingkupi hati seorang Revan hanya melihat air muka dari gadisnya yang kesal melihatnya bersama Nia.

"Udah kan, mana?" galak Nia.

"Pantes ditunjuk jadi bendahara, galak kayak pemalak,"

"Seneng dong gue, terimakasih atas pujian dan juga ejekan yang anda berikan," Nia kini mengambil uang biru dari tangan Revan.

"Itu sekaligus punya Arsha,"

"Tumben, bro."

"Iya lo untung sekarang,"

Setelah kepergian dari Nia, Revan kini menatap Aura yang membelakangi nya. "Tuh adik gue, sampe nggak noleh kesini," kata Andra.

"Lo udah berhasil ambil hati Aura,"

"Sekarang tugas lo jauhin Devan dari Aura, Devan bahaya banget."

"Gue tahu, pasti itu yang bakal gue lakuin tanpa kalian suruh."

Revan tetap memandang ke arah Aura, sampai matanya bertemu dengan Aura yang mengambil banyak sendok cabai ke makanan nya, baginya ini tak bisa dibiarkan, bagaimanapun jika sampai Aura memakannya pasti akan sakit.

Revan langsung berlari menuju Aura, Rasti melihat Revan akan menuju mejanya, ketika ia akan memberitahu Aura, Revan menutup mulutnya sendiri dengan telunjuknya menandakan Rasti harus diam.

REVAN ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang