HAPPY READING
Devan memberhentikan motornya di halte dekat rumah Aura. Aura sudah takut-takut karena Devan yang daritadi hanya diam. Ia kini takut jika Devan akan menyakitinya tapi kembali ia berpikir tak mungkin Devan menyakiti nya di tempat umum bisa-bisa Devan diamuk masa.
Aura kini tengah duduk di bangku yang tersedia di halte tersebut, sejenak hening melingkupi mereka. Kemudian Devan memegang tangan Aura dingin yang ia rasakan dan Devan senang karena ia merasa Aura ketakutan dan dia menyukai ketika ada orang yang takut dengannya.
"Jelasin!" ujarnya dingin.
Aura menarik nafas pelan, kemudian menatap takut Devan. Dapat ia lihat pancaran amarah di mata Devan. Tapi Aura senang karena Devan tidak menyakitinya. "Tadi aku nganterin kak Andra latihan basket,"
"Terus?"
"Pas pulangnya kak Andra minta kak Revan nganterin aura,"
Devan menganggukkan kepalanya kemudian meminta Aura meneruskan. "Terus kenapa sampai ada di danau berduaan?"
"Nggak berduaan itu, ada banyak orang di sana,"
"Itu berduaan namanya,"
"Terus kak Devan kenapa bisa tahu aku disana sama kak Revan?"
"Aku punya banyak mata-mata buat ngawasin setiap kegiatan kamu, itu bentuk sayang aku sama kamu karena aku nggak mau Revan rebut kamu." Devan yang telah mengubah panggilannya menjadi kamu aku, tadi ia mengatakan lo gue karena emosi dan marah karena melihat kedua sejoli yang sedang berduaan.
Aura tersenyum senang mendengar ucapan Devan yang tidak ingin kehilangannya. "Kak Devan nggak usah khawatir, karena sekarang aku sama kak Devan itu temenan."
"Berawal dari teman, kemudian sering bersama dan timbul rasa cinta dan akhirnya pacaran." ujar Devan sambik menyampirkan helaian rambut Aura.
"Jangan ngarang gitu. Kak Devan tahu ucapan itu doa. Kalau aku jadi milik kak Revan jangan marah itu juga karena kak Devan yang bilang gitu,"
"Kalau gitu aku tarik ucapan ku,"
"Khawatir ya kalau aku jadi milik kak Revan,"
"Aku nggak bakalan biarin dia rebut kamu dari aku,"
"I Love you, Aura."
Aura hanya tersenyum mendengarnya, Aura kini kembali bimbang kenapa ia bisa sampai memikirkan Revan ketika bersama Devan, padahal tadi ketika bersama Revan ia tak pernah memikirkan Devan.
"Apa arti senyum itu,"
"Menurut kak Devan,"
"Aku inginkan ucapan bukan senyuman."
"Aku juga,"
Devan kemudian memeluk Aura, ia mengira bahwa Aura telah terperangkap sepenuhnya dalam perasaan palsunya. Dan Devan tak mengira bahwa Aura sebenarnya masih bingung akan perasaannya.
"Aku anter pulang ya, soalnya aku masih ada urusan."
"Kalau ada urusan penting ya udah sana pergi, aku nggak apa-apa lagian cuma beberapa meter lagi nyampe rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Teen FictionRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...