HAPPY READING
Tanpa aba-aba lagi, Aura langsung membuka pintu kakaknya dan sontak wajah terkejut terlihat. "Aura emang mau kenapa? Kok pake ngelindungi segala?"
"Kok nggak ketok pintu," ujar gugup Andra.
"Nggak usah ngalihin pembicaraan. Aura mau tahu. Kalian sebenarnya lagi nyembunyiin apa?" Tangannya masih terlipat di depan dadanya. Wajahnya menampilkan wajah-wajah seorang detektif yang malah terlihat lucu dilihat oleh Revan.
"Belum saatnya," jawab Revan dengan tenang.
Tangan Aura sudah tidak di dadanya lagi. Kini tangannya malah terkepal di samping pinggangnya."Lalu kapan?"
"Nggak sekarang," jawab Revan masih dengan tenang nya.
"Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Nunggu Aura luka atau nunggu Aura dibunuh,"
"AURA!" bentak Andra dengan mengepalkan tangannya.
"Apa?" balasnya dengan santai.
"Nggak usah keras kepala," Andra rasanya ingin sekali menarik adiknya itu agar keluar dan tidak menanyakan yang aneh-aneh.
"Kak Andra, Aura cuma pengen tahu aja. Supaya nantinya Aura bisa lebih jaga-jaga. Aura juga harus bisa jaga diri, karena nggak selamanya kakak bisa jaga Aura," jelasnya dengan pipi yang merah. Wajahnya begitu menyiratkan rasa penasaran. Sedangkan Revan hanya bisa tersenyum melihatnya.
Andra mendengus melihat Aura serta Revan yang malah tersenyum melihat kelakuan adiknya. "Kamu kenal siapa kakak, Aura. Kakak nggak bakal lengah jaga kamu. Ada Revan juga yang bakal jagain kamu. Nggak percaya sama Revan?"
"Percaya. Tapi aku mau tahu ada apa sebenarnya. Biar aku tahu masalah nya. Siapa tahu aku juga bisa bantu. Dan masalah Dinda, Dinda itu sahabat aku. Jadi aku sebagai sahabat juga harus tahu apa yang bisa buat dia celaka, biar nantinya aku bisa ikut jaga-jaga,"
"Dinda nggak usah dikhawatirin, dia bisa jaga dirinya sendiri," jawab dingin Revan.
"Aku juga bisa, asal aku tahu apa masalah kalian. Kenapa sih, cuma ngasih tahu apa sebenarnya terjadi sulit banget. Kayak rahasia negara aja," kesalnya yang daritadi kakaknya dan laki-laki yang ia sukai ini lebih banyak bertele-tele.
"Ini nggak bisa sembarangan dikasih tahu, Aura. Semua kita lakukan juga untuk keselamatan kita bersama. Gue nggak bisa seenaknya ngasih tahu Lo," ujarnya dengan nada dingin sehingga membuat Aura terdiam sejenak.
Aura berpikir sejenak kemudian menyampaikan sesuatu yang ada dipikirannya yang membuat kedua laki-laki itu terkejut dibuat nya. "Ngasih tahu kalau kak Revan itu pembunuh,"
"Dan kak Andra lagi dukung seorang pembunuh," lanjut nya.
"Kamu darimana tahu?" tanya Andra dengan penasaran.
"Mau darimana pun aku tahu itu nggak penting, terpenting sekarang yang aku barusan ucapkan bener kan? Kalau kak Revan itu pembunuh,"
"Jaga omongan kamu Aura,"
"Emang kenyataannya kan?"
"Revan bukan pembunuh! Dia cuma dijebak!" murka Andra yang sangat tidak bisa mendengar jika sahabatnya ini dikatakan pembunuh. Ia selalu menjadi yang terdepan jika ada yang melakukan hal aneh ke Revan.
"Nggak mungkin. Jelas-jelas semua bukti mengarah ke arah dia. Dan dia menggunakan kekuasaan yang dimiliki ayahnya memanipulasi semuanya. Bukti atau motif segala kejadiannya,"
"Van gue paling nggak bisa liat lo dipojokin. Kasih gue ijin ngasih tahu semuanya,"
Revan menggelengkan kepalanya. Ia menatap Aura dengan pandangan sayunya. Sedangkan Aura hanya bisa menatap tembok yang ada di belakang Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Teen FictionRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...