EPILOG

1K 55 9
                                    

Seorang gadis dengan gaun pengantin menjuntai ke bawah menatap para tamu undangan yang telah hadir. Ia mencari sosok yang baru saja menjadi suaminya.

Ia nampak cantik dengan gaun putih yang di desain sendiri olehnya. Senyum bahagia terpancar cerah di bibirnya. Siapa yang tidak tahu bahwa itu senyum bahagia.

"Ayo nyari siapa?" kaget seorang gadis yang kini berada di sampingnya.

"Cie udah nikah, kutunggu bayinya," lanjutnya lagi.

Pipi gadis itu berubah berwarna merah muda. "Buat bayi nggak semudah itu, ada proses nya juga,"

"Emang gimana proses nya?" tanya seorang laki-laki dengan tuxedo hitamnya. Ia memandang kagum gadis yang baru saja menjadi istrinya.

Cantik, manis, dan sangat baik. Sang gadis yang ditatap dengan penuh damba hanya bisa menunduk. "Kak Andra jangan di goda giti dong istrinya, kasihan." ucap Aura yang daritadi sudah berada di samping kakak iparnya.

Ya, hari ini adalah pernikahan Andra dan Kiran. Menjalani hubungan sudah lebih dari 3 tahun akhirnya ia memantapkan hatinya untuk meminang gadis yang sangat ia cintai.

"Kamu mending sana deh, ganggu orang mau berduaan aja," Andra memeluk Kiran dari samping.

"Andra," Kiran hendak melepaskan pelukannya tapi ketahui sendiri lah bagaimana kuatnya Andra. Musuhnya saja sulit sekali mengalahkannya apalagi Kiran yang memiliki tenaga sedikit lemah.

"Iyadeh, yang pengantin baru!" ujar Aura kemudian pergi mencari kekasihnya yaitu Revan Anggara.

Didapati nya Revan sedang bersama teman-teman geng motornya. Ia kemudian duduk di sampingnya. Revan tersenyum melihat Aura yang ada di samping nya.

"Capek?" tanya Revan menggenggam tangan Aura dengan lembut.

"Hadehh, bisa nggak sih pacaran itu jangan di depan kita-kita," ujar Rafan yang masih setia menjomblo sampai saat ini.

"Iya, cari tempat sepi sana!" suruh Devan.

"Iri ya Lo, kelamaan menjomblo! Makanya cari pacar!" ujar Arsha yang tengah meminum minumannya.

Revan menarik Aura tanpa basa-basi. Revan mengajak Aura ke rooftop gedung disana. "Sepi ya disini, tenang banget lagi," ujar Aura.

Revan menyampirkan jas nya ke bahu Aura yang cukup terekspos. "Biar nggak masuk angin," Revan kemudian memeluk Aura dari belakang. Sesekali ia juga mencium berkali-kali rambut Aura yang wangi mawar.

Aura mengelus lengan yang memeluknya dari belakang. "Kita kapan?" tanya Revan.

Aura tahu kemana pertanyaan itu menjurus. "Emm kapan ya? Gimana kalau besok?"

"Beneran? Kamu udah siap emangnya,"

"Aku bercanda,"

"Kamu mah,"

Revan semakin mengeratkan pelukannya. "Cantik banget hari ini," ujar Revan.

"Tapi bajunya terlalu kebuka," lanjutnya.

"Nggak kebuka, emang gitu modelnya. Tahu style nggak sih,"

"Iya-iya,"

Jantung Aura daritadi berdetak kencang karena pelukan Revan ini. Revan memang sangat manis. Perlakuannya ke Aura selalu membuat nya meleleh. Ia tidak bisa membayangkan jika ia kehilangan sosok yang sedang memeluknya.

Mereka terdiam cukup lama. Menutup mata meresapi angin yang menabrak mereka.

Revan membalikkan badan Aura agar menghadap nya. Mereka saling tatap cukup lama. Tangan Revan berada di kedua pipi Aura.

REVAN ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang