HAPPY READING
Aura tengah menunggu kedatangan dari teman-teman Devan, ia telah selesai mengobati beberapa luka Devan di UKS kini ia menunggu mereka untuk membawa Devan ke rumah sakit karena takut ada yang serius dengan keadaan Devan. Hanya mereka berdua yang sekarang tinggal di depan gerbang sekolah.
"Khawatir banget sih?" ucap Devan.
"Emang salah khawatir ke pacar sendiri?"
"Nggak salah malah seneng karena ada yang perhatian. Makasih ya."
Aura menganggukkan kepalanya. Devan senang Aura telah berada di genggaman nya saat ini bahkna Aura telah berpihak padanya.
"Lo nanti di anter temen gue ya?"
"Iya nggak apa-apa, yang penting kakak cepet dibawa ke rumah sakit biar nggak keburu infeksi lukanya,"
"Iya, beruntung banget gue punya pacar perhatian kayak Lo,"
"Ngarang!"
"Gue nggak suka ngarang!"
"Terus sukanya apa?"
"Aura,"
"Bisa aja,"
"Bisa dong kenapa nggak?"
Tak lama teman-teman dari Devan datang dan salah satu dari mereka membawa mobik dengan warna hitam.
"Lo ikut gue ya naik mobilnya," ucap Devan.
Aura menganggukkan kepalanya tapi sekejap kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Devan.
"Nanti kelamaan ke rumah sakitnya,"
"Lebih penting keselamatan lo daripada luka gue,"
"Kan udah sama temen kakak,"
"Nggak jadi, mending lo sama gue biar gue bisa liat langsung keadaan lo,"
"Iya, kak."
Mereka telah menaiki mobil, di mobil tersebut Devan menaruh kepalanya di paha Aura sebelum itu ia menutupinya dengan jaket hitam miliknya. Aura merasa bahwa Devan sangatlah perhatian dengannya. Ia juga merasa bahwa Devan akan selalu melindunginya dari segala bahaya yang akan menimpa nya kelak. Aura kini tak menyesali keputusannya.
Devan mengambil lengan Aura, menaruhnya di kepalanya. "Boleh kan?" tanya Devan.
Aura tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Aura kini mengelus lembut rambut tebal milik Devan hingga Devan memejamkan matanya entah tertidur atau hanya sekedar memejamkan matanya Aura tak tahu tapi ia senang karena saat ini wajah Devan nampak damai.
Setelah lima belas menit perjalanan, mereka telah sampai di halte bus dekat rumah Aura. "Aku pamit ya kak,"
"Iya hati-hati,"
"Cepet sembuh kak, kalau masih sakit jangan sekolah dulu. " ujar Aura penuh perhatian.
"Iya, sayang." balas Devan mengelus lembut rambut Aura.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Teen FictionRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...