PART 29 | JANJI

426 29 0
                                    

Happy Reading 🏵️

Aura kembali melamun di bangku sekolahnya memikirkan Revan tentunya. Ia bertanya-tanya di dalam hati mengenai tingkah dari Revan Anggara.

"WOW!" kejut Rasti sambil membawa kamus bahasa Inggris yang berada di tangannya.

"Nggak terkejut tuh!" Aura mengedikkan bahunya, memang ia biasa saja.

Rasti menuju bangkunya dan menghadap ke belakang guna menceramahi Aura yang tidak menghargai usahanya dalam membuat keterkejutan. "Harusnya Lo terkejut dong, Ra. Nggak menghargai banget! Kesel gue. Padahal tadi gue udah bahagia banget dan sekarang lo menghancurkannya!"

"Lebay tahu ras!"

"Ishh Lo kenapa sih? Mikirin kak Devan? Udah lupain aja. Lo itu cantik pinter lagi. Jadi Lo itu bakal mudah dapat yang baru," ujar Rasti sambil membuka buku catatan Aura yang sangat rapi.

"Tahu! Gue juga udah mulai lupa kok sama dia." kata Aura dengan menumpu tangan kanan di dagunya.

"Kok cepet!" Aneh memang, Rasti. Menyuruh melupakan tapi sekarang malah terkejut mendengarnya.

"Lo kan yang nyuruh,"

"Iya juga ya, tapi itu bagus. Gue suka! Eh tapi kak Revan gimana?"

"Lo tahu dia udah punya pacar,"

"Ohh gue tahu sekarang, jadi karena kak Revan punya pacar lo jadi uring-uringan!" teriak Rasti sehingga yang lainnya menoleh ke arah mejanya. Lalu ia membentuk kedua tangannya menjadi tanda 'peace'.

"Ya nggak lah, gue malah seneng kalau kak Revan punya pacar,"

"Ucapan emang beda sama yang di hati. Di ucapan mah baik-baik aja tapi di hati pasti sakit banget tuh!"

"Nggak!"

"Semakin lo mengelak semakin kelihatan, Ra. Mata lo itu nggak bisa bohong. Lo punya rasa sama kak Revan. Dan sekarang lo lagi sedih karena ada cewek yang lagi deket sama dia."

"Kok lo tahu?" Secara tidak sadar Aura sudah keceplosan dengan mengatakan uraian kata-kata itu. Rasti yang mendengarnya pun tersenyum senang. Tebakan nya selalu benar.

"Yes jujur! Lo itu emang nggak bakat bohong. Jadi jangan coba-coba, nggak baik. Seberapa kuat lo menutupi kebohongan pasti akan terbongkar Ra."

"Gue kesel sama lo sumpah!"

"Gue seneng!"

"Gilak Lo!"

"Nggak, gue waras!"

"Bener-bener nggak masuk akal!"

"Rasa mana bisa pake akal, pake hati dong!"

"Ngeselin emang lo, ras. Awas aja nanti minta di ajarin nggak bakal mau gue."

"Masih ada Agatha!"

"Agatha kan pelit,"

"Nanti gue rayu,"

"Gue bakal pengaruhi dia buat nggak ngasih tahu Lo!"

"Coba aja, semoga beruntung."

Rasti pergi dari bangkunya, lebih baik sekarang ia ke kantin membeli roti. Masih pagi dia laper dan belum sarapan. Sementara Aura, ia sangat kesal dengan Rasti ingin rasanya memaki tapi teman sendiri. Jadi harus kuat hati.

-----

Bel istirahat telah berbunyi Aura dan juga teman-teman nya duduk di dekat geng Revan. Tempat duduk yang memang sudah di tentukan bahwa itu milik geng Revan. Mereka sebenarnya bisa duduk dimana saja, tapi karena tempat duduk itu sudah keseringan mereka gunakan maka dari itu para siswa mengklaim bahwa tempat duduk itu milik sekumpulan geng nya Revan.

REVAN ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang