HAPPY READING
Ketika istirahat tadi Aura tidak jadi meminta maaf karena Revan sedang latihan basket. Bukan hanya karena itu, Aura juga kesal karena melihat banyak siswi yang menghampiri Revan dan berteriak memanggil namanya.
Revan memang pada saat latihan terlihat keren, bahkan para sahabatnya tak pernah diam daritadi sibuk memuji ketampanan Revan, apalagi waktu keringat membasahai tubuh dan juga rambutnya. Teriakan para siswi semakin menggema dan itu membuat Aura urung untuk meminta maaf ke Revan.
Aura langsung memilih pergi darisana tentunya, ia pergi ke toilet. Salah satu dari sahabat Aura yaitu Agatha menyadari gerak-gerik Aura. Ia tersenyum gemas melihat tingkah Aura.
Saat ini bel pulang sekolah telah berbunyi, Revan yang seharusnya ikut latihan selanjutnya malah disuruh pulang oleh pak pelatih. Pelatih takut jika Revan memaksakan latihan nanti ia malah sakit dan tak jadi ikut pertandingan.
Sedangkan Aura, kini ia tengah berada di depan sekolah. Ia sedang menunggu taksi yang datang, sayangnya taksinya tak kunjung ada. Revan yang melihatnya langsung memberhentikan motornya.
"Butuh tumpangan?" tawar Revan ke Aura.
Aura memicingkan matanya, ia melihat Revan dengan wajah tengil kini menatapnya. Aura bersedekap dada memandang Revan.
"Kenapa jutek?" tanya bingung Revan.
Aura hanya diam, ia enggan membalas ucapan Revan. "Tahu deh yang sekarang punya pacar," kata Revan.
Aura langsung mengubah tatapannya menjadi merasa bersalah karena ucapan dari Revan. "Maaf kak Revan," ujarnya dengan menunduk.
"Kalau ngajak bicara tatap mata lawan bicaranya!" tegur Revan.
Aura kini menatap Revan dengan tatapan merasa bersalah. "Maaf kak Revan," ucap nya sekali lagi.
"Punya salah apa?"
"Maaf udah gantungin perasaan kak Revan,"
Revan mengernyitkan dahinya, calon gadisnya ini ternyata merasa bersalah karena telah mengecewakan nya.
"Nggak apa-apa, udah biasa!"
"Tuh kan, maaf kak."
"Becanda, lo tahu ini pertama kali loh ada yang nolak gue." ucap Revan yang mencoba mencairkan suasana.
"Tapi kan kak Revan nggak pernah pacaran,"
"Pernah, dulu waktu smp."
"Ohh,"
"Mau ikut nggak?"
"Kemana?"
"Sungai!"
"Ngapain?"
"Ya pulang lah Aura!"
"Ohh, bisa aja."
Aura menganggukkan kepalanya, daripada ia kelamaan menunggu nanti malah dimarahin Andra, jangan lupakan lagi sang bunda yang cerewet minta ampun itu. Dan wajah tegas sang ayah yang sangat mengerikan.
"Kak, Aura ikut yah."
"Kenapa nggak? Naik!" suruh Revan.
Diperjalanan pulang mereka sesekali mengobrol tentang hal-hal kecil yang membuat Aura tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Teen FictionRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...