Enjoy!!
I am comeback!!!
Happy?
I hope you Happy guys!!
Happy Reading
D
evan menarik Aura ke belakang tempat parkir. Aura yang melihat Devan langsung timbul amarah di benaknya mengingat dia hanya di permainkan.
Aura mencoba melepaskan genggaman erat tangan Devan. Ketika akan meminta tolong mulutnya sudah di tutup oleh tangannya. Aura langsung teringat akan kenangan yang dulu ketika mereka bertemu saat pertama kali.
Devan yang baik, Devan yang menurutnya penyayang ternyata hanya sebuah topeng. "Mau apa?" sentaknya.
Devan diam. Menatap lama aura yang menatapnya nyalang. Devan dapat melihat di mata itu memancarkan kesedihan dan juga luka. Devan jadi tidak tega. "Kalau gue minta maaf, Lo percaya?"
Aura mengernyitkan dahi dan menyipitkan kedua matanya. Ia melihat ke mata Devan yang terpancar ketulusan. Tapi dulu ia juga melihatnya tapi akhirnya semua itu cuma kepalsuan. "Nggak!" jawabnya dengan gelengan kepala pula.
"Revan hebat banget, bisa memanipulasi semuanya termasuk Lo!" marah Devan karena melihat sikap Aura yang sudah berubah. Bukankah sikap Aura berubah karenanya? Kenapa malah menuduh Revan.
Aura tersenyum sinis. "Jangan bawa-bawa kak Revan! Dia nggak pantes buat kakak tuduh yang sama sekali nggak dia perbuat!" ucapnya.
Aura melipat kedua tangannya. "Dari yang aku lihat-lihat, kak Devan kayaknya benci banget ya sama kak Revan,"
"Bukan urusan Lo!"
"Urusan aku itu, kak Revan itu orang baik nggak pantes buat disakitin!"
"Baik, seorang pembunuh termasuk orang baik,"
Aura menutup mulutnya. Ia terkejut mendengar pernyataan dari Devan yang menuduh Revan pembunuh. Ia menggelengkan kepalanya. "Maksud kak Devan?"
"Dia itu pembunuh! Pembunuh cewek gue sekaligus sahabatnya sendiri!" gertak Devan dengan mata yang memerah.
Mata Aura berkaca-kaca mendengar semuanya. Mata Devan memancarkan luka dan kejujuran. "Bohong!"
"Liat mata gue! Apa yang lo lihat hah! Kebohongan? Nggak! Mata gue waktu itu masih bagus, gue lihat sendiri dia yang bunuh cewek gue!"
"Kalau emang kak Revan pembunuh kenapa dia nggak masuk kantor polisi? Hah!" teriak Aura keras.
"Dia anak orang kaya, apapun bisa dia beli termasuk hukum!" jawab Devan dengan memejamkan matanya. Nampak wajahnya memang tidak main-main dalam mengatakannya.
"Aku nggak percaya pasti kak Devan itu bohong! Kak Revan itu orang baik!" Aura masih kekeh percaya bahwa Revan bukan pembunuh.
"Dengerin gue baik-baik. Gue ajak lo kesini, buat ngasih tahu itu! Lo harus hati-hati, dia itu jahat!" peringat Devan.
"Mungkin kak Devan salah paham sama kak Revan," Aura berusaha tidak percaya tapi ucapan Devan terus terngiang.
"Gue yang duluan kenal dia, jadi gue tahu apapun tentang dia!" sentak Devan kemudian menjauh dari Aura yang termenung.
Aura masih tidak percaya. Tapi, ini kedua kalinya yang mengatakan bahwa Revan itu jahat dan dia adalah seorang pembunuh. Siapa yang harus ia percaya?
Aura masih syok mendengar pernyataan Devan, ia sudah berada di kamar nya. Suara lembut bundanya memanggil, Aura menuju dapur menemui sang bunda.
"Kenapa Bun?" tanya Aura.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Fiksi RemajaRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...