PART 17 | PANAS

611 27 0
                                    

HAPPY READING

Malam ini suasana di keluarga Aura tengah tegang karena biasanya mereka akan banyak ngobrol. Tapi untuk kali ini semuanya bungkam. Sang bunda pun merasakan keanehan diantara kedua anaknya itu adik perempuan mereka yang paling kecil juga merasakan keanehan karena biasanya ia makan tak pernah tenang tapi ini untuk pertama kalinya ini tenang.

"Kok sepi sih?" tanya anak kecil yang masih berumur 10 tahun itu.

Andra mencoba untuk mencairkan suasana dengan mengajak bercanda adik kecilnya ini.
"Cie kangen," ejek nya.

"Bukan kangen kakak," elak si kecil sambil melanjutkan kembali memakan makan malamnya.

"Terus apa?"

"Ngerasa aneh aja, biasanya kak Andra sama kak Aura kan rame terus kalau makan walaupun udah dilarang sama ayah," jelas si kecil yang bernama Amara.

"Iya aneh banget kalian tumben," Bunda yang juga merasakan keanehan terhadap kedua anaknya yang biasanya akan adu mulut jika bersama.

"Berantem," tebak ayah.

"Kalau berantem jangan lama-lama, adik sama kakak harus akur," nasihat sang Bunda.

"Kita nggak berantem kok Bun, emang Aura cuma nggak mau ngomong aja, banyak tugas!"

"Baru masuk udah banyak tugas,"

"Iya,"

"Kamu Andra tumben nggak banyak ngomong," kata sang ayah.

"Andra lagi mikirin ujian, yah." jawab Andra dengan memandang mata ayahnya, karena ia sangat tahu jika berbicara dengan sang ayah harus menatap matanya.

Ayah kembali melanjutkan makannya, ia sebenarnya tahu putra nya ini berbohong. Ia juga tahu putranya ini sedang bertengkar dengan adiknya ini.

"Inget pesen ayah, kakak adik nggak boleh diem-dieman," pesan nya kemudian ayah langsung pergi ke kamarnya.

"Ayah tahu kalian lagi berantem, jadi mau cerita ke bunda?" tawar sang bunda sambil menopang dagunya dengan tangan lembut miliknya.

"Aura udah pacaran bunda, terus Andra mau kasih tahu eh marah dia. Yaudah Andra balik marah aja ke dia, masalah sepele kok dibesarin segala, Kanak-kanak," ejek Andra ke Aura.

Aura langsung mencebikkan mulutnya tak terima ia dikatakan kanak-kanak.

"Enak aja main bilang kanak-kanak,"

"Emang bener kok,"

"Udah jangan berantem lagi, jadi Aura marah karena itu?"

Aura menganggukkan kepalanya, ia memang kesal dengan kakaknya yang tadi membentak nya dengan kasar tapi ia juga tidak ingin nanti kakaknya dimarahin oleh ayahnya.

"Tadi Andra juga bentak dia, Bun. Karena nggak mau pulang,"

"Andra kalau mau ngasih tahu jangan ngebentak, terus kamu Aura kalau dikasih tahu jangan ngelawan. Bunda tahu kak Andra cuma mau kamu jatuh ke orang yang tepat. Bunda nggak larang kamu pacaran. Asalkan jangan sampai karena kamu pacaran malah ngerusak hubungan kamu dengan kakak kamu, percaya sama bunda kak Andra sayang sama kamu, kak Andra cuma ingin kamu itu nggak disakitin. Dan kamu Andra bukan berarti kamu boleh bentak Aura lagi setelah bunda kasih tahu ini.  udah tahu adiknya nggak bisa dibentak malah dilakuin, sekarang bunda mau kalian saling memaafkan. Bunda nggak mau di rumah ini ada yang nggak ngomong apalagi saudara, cepet!" Suruh sang bunda dengan nada tegasnya padahal tadi ketika menasehati aura keibuannya sangat menenangkan, tatapannya lemah lembut, bahkan suaranya juga enak untuk didengar.

REVAN ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang