PART 14 | KEBERHASILAN

505 25 0
                                    

HAPPY READING

Nampaknya jalan-jalan bersama Devan membuat wajah Aura semakin berseri pasalnya, senyum manis tak pernah luntur dari bibirnya semenjak bersama Devan. Saking asiknya mereka bersama sampai melupakan waktu yang kini sudah menuju sore.
Mereka masih berada di taman. "Gimana seneng nggak?" tanya Devan yang memegang cone ice cream yang masih utuh.

Aura masih asyik menjilati ice cream tersebut. Ketika Devan mengajak bicara ia langsung menatap wajah nya. "Seneng lah, kak."

"Kapan-kapan mau lagi?"

"Sikon kak,"

"Apaan tuh sikon?"

"Situasi dan kondisi,"

"Bisa aja. Emang sibuk ya? Padahal kan baru beberapa minggu ini masuk,"

"Nggak sih. Btw kak aku belum tahu loh kakak kelas berapa?"

"12 IPA 2,"

"Berarti kelas nya sebelahan dong sama kak Andra?"

"Nggak!"

"Lah bukannya?"

"Sorry kalau selama ini gue bohong,"

"Maksudnya?"

"Gue SMA Cakra,"

Aura tentunya kaget mendengar penjelasan dari Devan. Aura memang tak suka orang yang berbohong tapi ia lebih suka orang yang jujur maka dari itu ia tidak terlalu marah dengan Devan.

"Nggak apa-apa,"

"Lo nggak marah?"

"Nggak, terpenting kakak jujur."

"Terus kenapa kakak bisa selalu disana?"

"Nyari lo?"

"Kok tahu sekolahku?"

"Di catatan buku lo waktu itu,"

"Oh pantesan,"

Setelah menghabiskan ice cream nya, aura dan Devan kini menuju parkiran. Sebelum itu Devan menatap lekat Aura tentunya dengan tatapan yang Aura kira tatapan cinta padahal ada makna lain terselubung dalam tatapan itu. Sayangnya sifat polos yang ia miliki tak mampu melihat tatapan tersebut. Saat ini yang ia rasakan adalah malu bercampur bahagia karena ditatap sedemikian rupa oleh salah satu orang yang ia suka mungkin akan segera ia cinta.

"Kak Devan ngapain liatin aku?" tanya Aura keceplosan.

Bukannya mulut yang bertindak malah tangan dari Devan yang bertindak mengusap bibir merah tipis milik Aura yang terkena krim putih yang berasal dari ice cream yang ia makan tadi. Setelah terlepasnya lengan Devan dari bibirnya itu, Aura ikut mengusap nya.

"Masih ada kak?" tanya Aura.

Devan menggelengkan kepalanya tandanya noda ice cream itu telah menghilang akibat dari usapannya tadi.

"Lo masih ragu sama perasaan gue?"

Aura yang ditanya hanya bisa diam, ia memang masih dilanda keraguan apalagi mereka ini baru kenal. Aura tak percaya bahwa dalam waktu sedekat ini seorang cowok yang menolongnya ternyata menyukainya.

REVAN ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang