Comeback again!!!
Enjoy, yaaaa
Dinda membelalakkan matanya serta membuka lebar mulutnya. Revan yang melihatnya hanya mendengus, selalu seperti ini. Jika ada fakta baru yang ia ketahui pasti begini reaksinya. Tapi Revan hanya menceritakan bahwa ia menyukai Aura tidak dengan cerita Devan yang menyakiti Aura. Jika sampai Dinda tahu ia pasti kecewa.
Revan menutup mulut Dinda. "Lalatnya mahal,"
Dinda langsung menggeplak bahu Revan. "Kak Revan beneran suka Aura?" Revan menganggukkan kepalanya.
"Gimana kalau aku bantu buat dapetin Aura," idenya.
"Terlambat!"
"Kenapa?"
"Dia nggak mau pacaran, cuma mau temenan,"
"Kasihan banget kakak gue, eh tapi nggak ada kata terlambat kak,"
"Udah sih biarin aja, nanti kalau jodoh juga kita ketemu,"
"Itu udah basi! Kakak berjodoh sama Aura kalau kakak emang bener-bener mau dapetin hatinya. Sejauh ini gimana perjuangan kakak buat dapetin dia?" kata Dinda. Dinda tidak tahu saja apa pengorbanan yang telah dilakukan oleh Revan terhadap Aura. Dari membiarkan dia bersama Aura dengan harapan Aura bahagia dan Devan yang berubah. Kemudian perlindungan yang ia lakukan ke Aura. Dan pada akhirnya semua yang dia lakukan dibalas dengan penolakan Aura.
"Perjuangan kakak sama dia baru sedikit sih,"
"Nah berarti kurang banyak. Eh bentar, tadi aku liat-liat wajah Aura murung pasti karena kita berduaan terus dia pasti ngira kita berdua ini pacaran, kak Revan harusnya tadi nyusul dia,"
"Ck, dia itu maunya temenan bukan pacaran. Jadi kalau dia mau menerka apapun biarin aja. Kalau dia bahagia ya kakak ikut bahagia,"
"No, itu nggak bagus kak. Kakak harus usaha lagi ya, aku setuju kok kak Revan sama Aura. Kalian itu cocok, banget! Usaha lagi ya, nanti pasti aku bantu. Aku tuh selalu bantu temen-temen aku buat deket sama gebetan nya tahu, dan semuanya berhasil, ingat usaha itu tidak pernah menghianati hasil," ujar bijak Dinda.
"Ya kapan-kapan. Sekarang kita fokus sama Devan! Urusan itu bisa belakangan,"
"Tapi kalau Aura diambil orang gimana?"
"Nggak akan, dia itu nggak mau pacaran dulu mau fokus sekolah, nggak kayak kamu yang udah pacaran,"
"Hei ini tuh masa puber jadi wajarlah udah pacaran, emang kakak yang nggak pernah pacaran. Bisanya buat cewek terkesima tapi nggak ada yang diajak jadian,"
"Kamu ngatain?"
"Nggak kak, cuma mengasih tahu saja, jangan marah, please!" ucapnya dengan nada manjanya.
Tak lama handphone Revan berbunyi. Tertera nama Andra disana. Revan mengangkat nya.
Revan tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Andra. "Kenapa senyum-senyum sih," gumam Dinda.
Revan memasukkan kembali handphone nya ke kantong celananya. "Ikut kakak kalau mau tahu!" Revan menarik tangan Dinda.
Sesampainya di markas mereka berdua langsung disodorkan amplop coklat dengan ukuran besar. "Apa nih?" tanya Dinda bingung.
"Itu bukti-bukti yang selama ini kalian cari," jawab Arsha.
"Liat kan Van, kalau kita bekerja sama pasti mudah. Masalah ini bukan karena lo atau penyebabnya ini lo. Masalah ini terjadi karena alasan nggak masuk akal dari dia yang nggak punya akal!" ujar Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN ANGGARA
Teen FictionRevan Anggara, sosok laki-laki yang penuh akan luka di masa lalunya. Namanya sangat terkenal di arena jalanan. Sosok ketua geng motor yang sangat ditakuti oleh lawannya. Sampai sekarang masa lalu Revan belum selesai, lawan yang dulunya adalah sahaba...