23.) Our Night

850 55 6
                                    

* Happy Reading *
===============

~ Pukul 19.03 malam waktu Seoul ~

Jeonghan menaruh secangkir teh hangat dengan less sugar disebuah nakas samping tempat tidur, berdiam dalam berdirinya dengan satu tangannya yang ia masukkan ke saku celana putih panjangnya. Menghela nafas lembut, menatap sang istri yang masih terbaring diatas ranjang itu.

Airin masih berada dalam ketidaksadarannya, walau begitu keadaannya menjadi jauh lebih baik. Pakaiannya telah berganti menjadi sebuah piyama tebal warna faded gold, dan dalaman warna cream. Selimut yang telah menutupi sampai sebatas perutnya. Jeonghan memakai kaos hitam lengan panjangnya, ia telah menggulungnya sebatas siku. Ia baru mandi setelah keadaan Airin membaik tadi. Ia juga baru saja menyelesaikan kegiatannya untuk membereskan isi lemari pakaian Airin yang berantakan ketika ia ribut mencari baju yang pas untuk wanita itu.

Sesuai apa yang ia lihat dan temukan dilemari, dan hari sudah malam jadi piyama saja.

Ya, dia juga yang menggantikannya.

Jeonghan mengusak rambutnya dengan kasar, beralih menarik sebuah kursi untuk bisa duduk ditepian ranjang itu dan meraih tangan kiri Airin untuk bisa ia genggam. Jeonghan mengangkat dan mengusap nya dengan lembut, bisa ia rasakan suhu tubuh Airin yang lebih hangat dari suhu normalnya. Ya, wanita itu demam sekarang.

" Aish, ini semua karena kebodohanku. "

Jeonghan tak berhenti terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi ke Airin, jika saja ide jahil itu tak terlintas di pikirannya mungkin Airin tak berakhir begini. Airin mungkin masih marah kepadanya jika ia sadar nanti. Jeonghan harus siap menerima akibatnya.

Entahlah, padahal ini hari pertama pernikahan mereka.

Tapi ia yang telah mengacaukannya.

Jeonghan beralih menyingkirkan helaian rambut yang menutupi kening Airin, tanpa sadar ia mengusap usap pelan kening Airin. Menatapnya sendu, terus menunggu agar Airin kembali sadar dan ia bisa meminta maaf. Sebenarnya, dia berniat untuk membawanya ke rumah sakit, tapi ia bimbang karena Airin tak menyukai tempat itu. Jeonghan merasa, dia masih bisa mengatasi ini sendiri.

Keningnya terasa panas, walau Jeonghan sempat mengompresnya dengan kain dingin. Ia tak tahu, kapan demamnya bisa turun. Belum lagi, rasa trauma yang muncul serta Airin rasakan dan membuatnya menangis tadi.

Jeonghan benar benar merasa bersalah.

" Maaf.. maafkan aku Airin? " Gumamnya, dengan kepala menunduk dengan tautan tangan yang masih terjalin.

Tanpa ia tahu, pergerakan kecilnya telah membuat Airin terusik. Perlahan, wanita itu membuka kedua matanya bersamaan denyut sakit di kepalanya, terasa memberat namun tentu lebih baik dari sebelumnya. Suara rintihan dan pergerakannya tentu dirasakan oleh Jeonghan.

Airin meringis sakit, memegangi kepalanya sebelum bertemu tatap dengan pemilik kedua manik tegas nan sendu itu. Saat ia melirik ke samping, dan begitu sadar akan posisi tangannya yang masih digenggam oleh Jeonghan maka Airin dengan cepat menarik tangannya sampai terlepas dari genggaman sang suami.

" Airin? Akhirnya kau sadar, mana yang sakit? "

Airin diam tak meresponnya, perlahan wanita itu bangun dari baringnya dan duduk menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dengan susah payah akibat rasa pusingnya. Airin tak berniat untuk beradu kontak mata dengannya, hanya diam sembari membenarkan kain selimut agar selalu menutupi tubuhnya.

My Sweet Husband || Yoon Jeonghan { COMPLETE }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang