Jennie POV
Perempuan yang berhasil membuat Lisa sungguh sangat tergila-gila itu telah pergi saat pagi-pagi buta tadi. Aku tidak melihat kepergiannya, namun Jisoo mengabari.
Pagi ini kami bergotong royong membereskan perkakas yang semalam belum sempat dibereskan. Rose dan Jisoo sibuk mencuci piring sementara aku membersihkan meja yang sedikit kotor di beberapa titik. Jangan tanya tentang Lisa, ia belum keluar dari kamarnya.
Berbicara tentang Lisa, aku jadi teringat kejadian semalam. Kejadian dimana aku dapat dibilang meyerangnya secara tiba-tiba. Dapat kulihat jelas bagaimana raut wajahnya yang gugup saat itu, juga pipinya yang berubah kemerahan. Ia sangat menggemaskan.
Kami makan bersama setelah semua pekerjaan rampung. Lisa masih belum keluar dari kamarnya. Aku mulau berpikir jika ia sedang menghindariku. Bagaimana jika ia tak ingin melihat wajahku setelah apa yang kulakukan semalam ? Aku sedikit melamun saat mengunyah rotiku.
Tak lama Lisa muncul dengan raut sumeringahnya lengkap dengan outfit yang sangat cocok dengannya. Rupanya ia sedang bersiap sebelumnya. Aku sedikit tersenyum lega saat ia menghampiri meja makan dan duduk bergabung bersama kami.
"Habiskan sarapanmu sebelum berangkat." titah Jisoo setelah mengosongkan mulutnya.
Lisa menenggak habis susunya kemudian mengusap bibirnya dengan tissue. "Doakan aku mampu melewati hari ini Eonnie." katanya seraya bangkit dari kursinya.
"Aku pergi." Katanya bersemangat sambil melambaikan tangan.
"Kyaaa Lalisa !" teriakan Jisoo yang membuat langkahnya terhenti.
Lisa berbalik dan memamerkan senyum manisnya. Kemudian melangkah kembali menuju meja. Lisa menghampiri Jisoo yang masih tenang di kursinya. "Bahkan kau tidak menyentuh rotimu." omel Jisoo yang benar-benar terlihat seperti Eommanya.
Lisa hanya cengar-cengir tak berdosa. Dikecupnya salah satu pipi Jisoo tanpa permisi. Membuatku sedikit terkejut melihatnya. Namun tidak dengan Rose, ia tampak begitu santai dengan itu.
Separuh akalku menganggap keduanya tak memiliki hubungan yang lebih dari apa yang ia katakan. Namun sebagian laiinya berpikir jika Lisa telah berbohong.
"Aku mencintaimu Eonnie." ujarnya yang kemudian beralih dengan Rose.
Ia mengecup pipi Rose, dilanjutkan dengan memeluknya dalam. Rose membalas pelukan itu. "Kita harus makan enak setelah semuanya selesai." jelas Rose dalam pelukan.
Lisa tersenyum mendengar kalimat sahabatnya itu. Lisa dan Rose memang dua sahabat yang terlihat saling menyayangi. Aku tahu itu.
Setelah selesai dengan Rose, Lisa menghampiriku. Langkahnya membuatku gugup. Benar-benar gugup sampai tak mengerti mengapa wajaku berubah kaku. Aku harap tak seorang pun menyadari hal itu.
Lisa membuka tanngannya dan memelukku. Aku tidak membalasnya, karena kukira ia akan mengecupku terlebih dahulu. "Aku ingin marah kepadamu setelah pulang nanti Eonnie." jelasnya yang membuatku seketika mengingat kembali kejadian semalam.
Aku tersenyum geli dibuatnya. Ia benar-benar menggemaskan.
"Aku sangat tidak sabar untuk itu." jawabku sambil membalas pelukannya.
Ini kali pertama kami berpelukan. Pelukan yang sepertinya mampu membuat mood ku menjadi sangat baik pagi ini. Entah mengapa.
***
Matakuliah pagi ini sangat menyenangkan. Meski sedikit membingungkan, namun aku tak sampai menyerah dibuatnya. Terlebih dosen yang mengampu matakuliah ini cukup sabar dan jelas. Aku menyimak penjelasannya sejak awal sampai akhirnya ia menutup kelas sampai tidak meyadari jika sepasang mata tengah mengintaiku. Pandangannya sangat membingungkan, aku tidak mengerti maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonnie [SELESAI]
Fanfiction"Susah payah kugapai, tidak akan ku lepas." Lisa "Apa kau memperhatikanku sepanjang malam ?" Jennie