Author POV
Lisa berjalan juntai di pinggir jembatan. Hari ini pukul 11 siang dan ia berkeliaran di luar kampus.
Kaos putih yang terlapis oleh jaket baseball dan jeans yang tidak longgar, Lisa menusuri tepi jembatan sambil sesekali menyandarkan tubuhnya pada tembok pembatas setinggi dada atasnya.
Di bawah mengalir sungai besar yang pastinya dalam. Disekelilingnya tumbuh tanaman-tanaman hijau dengan subur. Pemandangan ini indah, namun tidak lagi setelah Lisa menoleh kearah samping.
Ia mendapati seorang gadis yang hendak memanjat tembok pembatas. Diperhatikannya untuk sesaat, gadis itu benar-benar memanjat tembok pembatas. Ia tidak bisa melihat raut wajahnya karena ya kalian tahu, mata Lisa tidak sepenuhnya sehat.
Ia memicingkan matanya dan berlari setelahnya. Berlari secepat yang ia bisa karena gadis itu telah sampai di atas tembok pembatas. Ia berdiri dengan tatapan lurus kearah sungai.
"Kyaaaa !!!!" teriak Lisa yang hampir sampai.
Digapainya satu tangan gadis itu dengan susah payah, kamudian Lisa menariknya jatuh.
"Uhhh ..."
Lisa mengusap kepalanya yang terbentur aspal sementara tangannya yang lain menjaga kepala gadis itu. Keduanya terkulai di tanah sementara beberapa kendaraan sempat berhenti untuk menontonnya.
Gadis itu bangkit dan memeluk lututnya seketika, Lisa mengerti mengapa ia melakukannya. Itu mengapa Lisa bangkit setelahnya dan memeluknya. Membawa wajah gadis itu ke dalam pelukannya dan melindunginya dari kamera-kamera pengguna jalan lainnya.
Diusapnya lengan gadis itu sambil terus memeluknya.
"Kita bisa pergi saat kau sudah cukup tenang." gumam Lisa.
Lisa POV
Aku mendekapnya dalam, mencoba menyembunyikan wajahnya dari publik. Terkadang memang manusia tidak mengerti bagaimana cara memperlakukan sesamanya. Terbukti setelah aku menyelamatkan gadis ini dari mautnya, alih-alih memberikan dukungan, manusia-manusia itu justru mengambil gambar tanpa izin. Tidakkah mereka mengerti, bagaimana perasaan gadis ini jika suatu saat melihat dirinya dalam pemberitaan 'gadis dalam percobaan bunuh diri' ? Tidakkah mereka tau jika mungkin gadis ini akan melakukannya lagi karena alasan itu ?
"Kita bisa pergi saat kau sudah cukup tenang." gumamku yang sebenarnya juga berdebar.
Bagaimana bisa gadis ini berdiri di atas pembatas yang sangat berbahaya itu sementara aku yang melihatnya saja benar-benar berdebar.
Gadis itu menarik diri dari dekapanku. Membuatku ikut menarik diri dan mulai melihat wajahnya. Aku tidak mendapati wajahnya sejak tadi.
Mataku terpaku padanya. Wajah cantik dengan mata besar dan indah. Hidungnya, rahangnya, juga bibirnya yang sexy, aku mengenali paras cantik itu.
Aku sedikit berpikir karena melupakan namanya. Aku mengenal gadi ini, namun tidak ingat dengan namanya.
"Akan kuceritakan semuanya, namun terlebih dahulu bawa aku pergi dari sini." pintanya saat mataku masih bergerak kesebelah kiri.
.
.
.
Kami duduk di sebuah cafe. Dia diseberangku dan aku menatapnya intens.
"Berhenti menatapku dengan tatapan seperti itu." Ujarnya yang kini mengambil gelasnya.
Aku tidak menurutinya.
Terakhir kali kami duduk berdampingan di cafe lain. Saat itu kali pertama kami bertemu secara tidak sengaja. Kali ini, kali kedua kami bertema secara mengejutkan dan ia duduk di seberangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonnie [SELESAI]
Fanfiction"Susah payah kugapai, tidak akan ku lepas." Lisa "Apa kau memperhatikanku sepanjang malam ?" Jennie