Call

2.3K 234 0
                                    

Lisa POV

Ji Eun Eonnie mengantarku pulang bersama managernya. Ia terus menenangkanku selama perjalanan. Ia menggenggam tanganku dan mengusap punggungku sesekali. Ia benar-benar membuatku nyaman untuk saat ini.

Kami duduk bersebelahan di dalam mobil. Managernya duduk di bangku depan bersama sopir pribadinya. Selama perjalanan aku tak banyak bicara, begitu pun dengannya. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan, namun aku pribadi hanya tertarik untuk menatap ke luar jendela.

Rasanya benar-benar menyakitkan. Bahkan sakit itu terus terasa setiap kali aku bernapas. Rasanya seperti sebuah duri menancap di hatiku. Aku hanya ingin menangis untuk saat ini.

"Masuk lah, kita bertemu lain hari saat emosimu sudah membaik." katanya di depan rumaku.

Aku memandangnya, ia sangat cantik hari ini. Juga hangat, memang tidak salah aku memilih idola. Ji Eun Eonnie sungguh sangat luar biasa.

"Terimakasih Eonnie." kataku dengan suara parau.

Ia tersenyum.

"Kita bisa berbagi cerita Lisa. Aku akan mencoba mendengarkan ceritamu jika kau ingin." katanya kemudian tersenyum.

"Kau juga bisa mendengar suaraku jika perlu." sambungnya yang membuatku ikut tersenyum.

"Jisoo Eonnie sedang tidak di rumah, apa kau ingin mampir Eonnie ?" tawarku.

Ia kembali tersenyum.

"Mari makan sesuatu setelah Jisoo menyelesiakan pekerjaannya." katanya.

Aku mengangguk.

"Dan kau telah menata kembali hatimu." imbuhannya yang membuatku merasa sedikit malu mendengarnya.

"Kau tahu itu tidak mudah, namun aku akan mencobanya." jelasku.

"Terimakasih Ahjussi atas tumpangannya." aku kepada manager Ji Eun Eonnie dan sopirnya yang duduk di bangku depan.

Kedua pria itu tersenyum padaku.

"Terimakasih Eonnie." kali ini untuk perempuan yang duduk di sebelahku.

Aku turun dari mobil dan melambai mengiringi kepergian mobil itu sebelum akhirnya masuk ke rumah. Sejujurnya aku tak ingin pulang, aku belum siap menerima sodoran pertanyaan Chaeng yang pasti menyadari keadaanku saat ini.

Kupijit sandi rumah dan membuka pintu. Aku melangkah malas merapihkan sepatuku dan melangkah menuju kamarku. Di ruang TV tepat di seberang pintu masuk terduduk Chaeng yang sedang menonton acara TV. Tentunya sambil memakan cemilan siangnya.

"Kau sudah pu ..." kalimatnya terpenggal setelah menoleh dan melihat wajahku.

"Kyaa !!! Apa yang telah terjadi ?" katanya yang segera bangkit dan menghampiriku.

Aku diam. Aku belum sanggup berbicara. Karena jika aku berbicara, aku akan menangis seketika.

"Ani." Jawabku tanpa memandang wajahnya.

Aku melangkah melampauinya, aku tak sanggup menatap matanya. Aku takut ia akan menghakimi Jennie atas apa yang telah terjadi. Aku tidak ingin menempatkannya dalam masalah. Bahkan setelah apa yang telah ia perbuat, aku masih mengkhawatirkannya. Bodohnya aku.

"Apa ini karena Jennie Eonnie ?"

DEG.

Langkahku berhenti seketika. Air mataku kembali jatuh dengan sendirinya. Aku tidak mendengar pergerakan langkahnya. Ia tidak mendekatiku barang sejengkal.

Aku berbalik. Menatapnya yang sedari tadi menatapku. Aku tidak tahu mengapa ia bisa menyebut namanya. Semua itu membuatku gila.

"Apa kau telah mengetahuinya ?" pertanyaanku yang terdengar bodoh.

Eonnie [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang