Chaeng Kau Memang Terbaik

3.5K 350 6
                                    

Jennie POV

Aku berberes setelah dosen meninggalkan ruangan. Rasanya materi hari ini cukup sulit dicerna olehku. Pasalnya, matakuliah ini bukanlah matakuliah yang berkenaan dengan program study-ku. Ya, kami harus mengambil beberapa matakuliah diluar matakuliah wajib prodi sebagai syarat kelulusan.

"Jennie-ssi." Bisik seorang pria yang entah datang dari mana.

Aku menoleh, ia adalah pria yang duduk dibaris yang sama denganku sebelumnya. Aku mengingatnya.

Aku tak menjawab sapaannya dengan formal. Hanya pandangan yang mengisyaratkan "Ada perlu apa ?".

"Bukankah kau mengenal perempuan yang terlibat denganmu di kantin beberapa hari yang lalu ?" Pertanyaannya yang langsung kutebak siapa yang ia maksud.

"Nayeon ?"

"Perempuan lain selain Nayeon."

"Aaahh ... Lisa." Kataku sambil membereskan barangku.

"Bukankah ia mahasiswa seni tari ? Bagaimana kau mengenalnya Jennie-ssi."

"Kami tinggal bersama dua temanku lainnya." Jelasku tak berbohong.

Ia sejenak terdiam. Entah apa yang ada dipikirannya.

"Bisakah kau mengenalkanku padanya ?" Pintanya.

"Sebagai imbalannya, akan kubantu tugasmu pada mata kuliah ini." Dilanjutkan dengan sebuah penawaran.

Sejenak aku diam. Tidak tahu sebabnya, aku kesal. Dulu di sekolah, pria-pria akan berburu diriku. Hanya aku yang mereka elukan. Tidak ada perempuan lain.

"Aku tidak bisa." Kataku seraya pergi begitu saja.

Ia mengikutiku untuk beberapa langkah. Namun aku menghardiknya. Aku sudah cukup kesal dengan matakuliah hari ini. Bagaimana bisa ia justru menghancurkan moodku setelahnya.

Aku pulang. Ingin tidur saja rasanya. Memang terkadang tidur adalah pelarian terbaik dalam hidup. Aku mengagumi kalian yang mampu tidur seharian penuh.

Rumah tampak sepi saat aku masuk. Tirai tertutup bertanda Lisa di rumah. Aku mencarinya di ruang TV dan langsung menemukannya. Lisa yang terbaring lemah di atas sofa. Bertelungkup dengan kaki yang sedikit menjuntai karena tubuhnya yang tinggi.

Aku mendekatinya. Mengintip wajahnya dari sela-sela rambut panjangnya. Ia tertidur dengan sangat pulas.

Langkahku habis. Kini aku benar-benar berdiri tepat disampingnya. Memandang punggung bidang serta kaki panjangnya.

Setelah beberapa kali menimbang, kuputuskan untuk duduk di punggungnya. Tepat di belakang perutnya. Rasanya cukup keras. Mungkin karena Lisa adalah seorang penari, yang rutin menjaga tubuhnya agar tetap indah dipandang.

Satu.

Dua.

Tiga.

Cukup tiga detik waktu yang dibutuhkannya untuk bersuara. "Eonnie, ku tahu itu kau." Suaranya yang tidak terdengar seperti suara bangun tidur.

"Jika tujuanmu hanya mengujiku, tolong hentikan selagi aku masih mampu menahannya." Jelasnya masih dengan posisi yang sama.

Aku diam. Entah karena ketahuan atau masih ingin menggodanya.

"Ku hitung sampai hitungan ke 3." Ancamnya.

Aku sedikit berpikir apakah perbuatanku ini salah. Namun hitungan ngawurnya menempatkan ku pada posisi yang tak sempat untuk berpikir.

Lisa bergerak membalik tubuhnya. Gerakannya itu hanya mampu sedikit mengguncang posisiku. Namun aku masih kokoh bertengger di singgah sanaku.

Ia menatapku kesal. Sementara aku membalasnya. "Mwoo ?? Mwoo ?? Mwooo ???? Mencoba mengintimidasi ku ?" Ujarku sambil membalas tatapannya dengan tatapan meledek.

Eonnie [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang