Panti Asuhan Gimcheon

2.2K 218 5
                                    

Lisa POV

"Mari mengakhiri hubungan ini."

Seperti air mataku yang jatuh meski telah kutahan sekuat tenaga. Pada akhirnya hubungan kami berakhir meski tanganku masih ingin menggenggamnya lebih lama.

Jennie menamparku sekuat tenaga.

"Maafkan aku." lirihku yang tak lagi sanggup menatapnya. 

"Eonnie." sambungku. 

Kkleekkk .....

Meski tak melihatnya, aku tahu seseorang datang dan membuka pintu. Mungkin itu Chaeng. "Lisaaappoooopppp !!!!" Suaranya yang disusul dengan tubrukan tubuh besarnya dengan tubuh kurusku.

Dapat kurasakan berat tubuhnya yang benar-benar menindih punggungku. Uuugghhh ....

Aku melenguh kesal karena tidurku terusik. Sementara ia masih memelukku dari atas sana. Itu Rose, benar-benar Rose.

Tubuhku bergoyang dan goyangan itu mengguncang tubuhnya diatas sana. Ia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dari atas tubuhku yang terbaring di sofa ruang tamu.

"Kkyaaa !!!!" Makinya dengan suara yang cukup keras.

Aku bangkit dari tidurku. Dadaku cukup nyeri karena tertekan. Mataku belum sepenuhnya terbuka namun aku terus mencoba menyadarkan diri dari mimpi burukku itu.

Kulihat Chaeng yang masih tergeletak di lantai. Pandanganku mengedar setelahnya, tak ku lihat penghuni lain selain ia dan aku. "Apa ku mencari kucing betina-mu ?" Ledeknya yang membuatku sedikit malu.

"Bukankah ia lebih terlihat seperti rubah ?" Ujarku menimpali candaannya.

Chaeng tertawa karena kalimatku itu. Namun tidak lagi setelah bunyi pintu lain terdengar. Bunyinya tidak berasal dari pintu masuk di seberang sana. Melainkan pintu kamar Jisoo sekaligus Jennie Eonnie.

Mataku terbelalak menayap Rose yang tampak senang akan situasi ini. Kemudian bibirnya bergerak melafalkan kata "Mwoo ??" Tanpa suara.

"Apa aku terlihat seperti itu ?" Jennie muncul dari balik pintu dan melangkah menuju kearahku saat ini.

"Terlihat seperti apa ?" Ujarku seakan tidak tahu.

"Kyaa !!!" Protesnya, marah.

Langkahnya hampir tiba di hadapanku namun wajahku masih berlagak seolah tidak terjadi apa pun.

Tangannya yang menjuntai kusambar dengan tanganku. Menarik tubuhnya yang akhirnya jatuh di pangkuanku. Aku tersenyum saat wajahnya berada tepat di hadapanku kini.

Berbeda denganku, Jennie tampak kaget dengan apa yang telah kulakukan. Tangannya bertengger di bahu bidangku sementara ekspresinya sama sekali tidak bisa terkontrol. Ia justru terlihat lebih menggemaskan dengan ekspresi itu.

"KKYYAAA MANOBANNN !!!" gantian Rose yang memekik sambil mengalihkan pandangannya. Sejurus kemudian ia berlari menuju kamarnya dan hilang. Tinggallah aku dan Jennie yang masih terlihat gugup di pangkuanku.

Ccuupp ...

Satu kecupanku mendarat di bibirnya. Membuatnya semakin memerah padam.

Ccuuppp ....

Kecupan lain yang mendarat disana. Bedanya, kali ini tangannya menahan pergerakan kepalaku yang hendak beralih setelah mengecupnya. Karena niat awal ku ya hanya mengecupnya singkat.

Tangannya menahan rahangku yang terlihat cukup keras karena mendongak. Kemudian bibirnya bergerak lembut menyentuh bibirku. Tanganku melingkar di pinggangnya tanpa permisi. Sementara bibirku mulai membalas lumatannya.

Tangannya yang semula menahan rahangku mulai menjalar menuju tengkukku. Tangannya melingkar di sana. Membuat posisi kami semakin panas karena tangan lainnya yang ikut melingkar di bahuku.

Bibirnya terus melumat bibirku sambil sesekali menghisapnya. Mataku terpejam dan gigiku menggigit bibirnya tanpa kendali. Mataku membeliak seketika. Membuatny ikut terkejut karena pergerakanku yang tiba-tiba.

Napasku berhembus setelah beberapa saat tercekat. Bibirku perlahan meninggalkannya yang tampak tidak senang. Situasi ini mengingatkanku pada kejadian di mimpiku sebelumnya. Aku tidak keadaan menjadi runyam karena Jisoo Eonnie yang muncul secara tiba-tiba seperti apa yang terjadi di mimpiku itu. 

Jennie POV

Aku menikmati sentuhan bibirnya. Juga tangannya yang melingkar di pinggangku. Aku menyukai bagaimana ia meperlakuaknku. Namun pergerakannya yang cukup tiba-tiba itu sangat mengganggu.

Ia terbelalak setelah memejamkan matanya. Kemudian menarik bibirnya dari bibirku. Kini aku merasa seperti remaja yang sedang dicampakkan.

"Apa kau lelah ?" Tanyanya yang terlihat berusaha mencairkan suasana.

"Ani." Jawabku singkat seraya menarik tanganku dari bahunya dan tengkuknya.

"Ingin menemaniku pergi ?" Katanya yang kini menatapku sambil tersenyum samar.

Aku meliriknya. "Kemana ?" Tentunya dengan nada secuek mungkin. Aku masih tidak terima karena ia bertindak seenaknya.

Wajahnya mendekat kearah telingaku. Kemudian kurasakan napasnya yang menyentuh permukaan kulitku berbarengan dengan suaranya yang terdengar cukup rendah.

"Kau bisa memilih antara apartemenku atau hotel mewah Hon." Lisa, yang kutebak ia tersenyum nakal setelahnya.

Aku bangkit dari pangkuannya seketika. Wah aku tidak menyangka jika aku terjebak dengan singa buas yang siap menerkamku kapan pun ia ingin.

Ia tersenyum dan itu berhasil membuatku semakin tidak karuan.

"Aku akan bersiap." Katanya meskipun aku tidak menyetujui ajakannya sekali pun.

.

.

.

Aku menyetir untuknya dan ia memandangiku sepanjang perjalanan. Ia tidak menyebutkan kemana kita akan pergi, namun ia terus mengarahkanku jika kami menemukan persimpangan jalan.

Mobilku melaju melewati pohon-pohon besar yang mulai berguguran. Hawa semakin sejuk karena kami bepergian menuju desa. Entah tempat apa yang ingin ditujunya, namun yang pasti aku tidak mencium bau-bau hotel mewah di daerah sini. Setidaknya tubuhku akan selamat dari bercak merah yang kerap ditinggalkannya setelah bercinta.

Hari semakin sore dan angin-angin mulai menggoyangkan dahan yang terlihat kokoh. Aku ingin membuka kaca mobilku namun Lisa melarangnya. Katanya angin pergantian musim tidak baik untuk kesehatan.

"Apa kau lelah ? Aku ingin menggantikanmu namun maaf, aku tidak bisa." Katanya dengan raut wajah menggemaskan.

"Sangat lelah sampai membutuhkan asupan agar tetap terjaga." Ujarku seraya menyodorkan pipiku.

Tentu ia mengerti. Bibir tebalnya seketika mendarat di pipiku yang terlihat seperti mandu. Aku tersenyum, begitu pun dengan dia. Aku tidak mengerti mengapa bersamanya membuatku selalu merasa bahagia tanpa sebab.

"Itu di sana." Lisa menunjuk sebuah bangunan besar yang terlihat cukup tua.

Ia benar-benar membawaku menuju antah-berantah.

Mobilku berbelok menuju jalan se-mobil yang kanan dan kirinya ditanami pohon-pohkn besar. Suasananya cukup asri dan sangat segar kurasa.

Setelah melewati pagar tua yang tinggi, pandanganku mengedar menatap bangunan tua yang terlihat masih terurus dengan baik. Bangunannya cukup besar dan tertata rapih.

"Panti Asuhan Gimcheon." Gumamku membaca tulisan besar yang terdapat di dekat taman bermain.

Eonnie [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang