Chapter 5 - Broken Phone

95 11 0
                                    

Original Author : Sa_Ru_Art

Translator : Blue

This chapter already have a permission. Contain mature content 18+, kata-kata kasar.

-Kao-

Aku menikmati tatapannya, dia menerimaku ketika aku meminta jabat tangan. Sebenarnya perhatianku tidak pada jabat tangannya. Hanya dengan melihat syaraf-syarafnya aku menemukan sesuatu yang menyenangkan.

Dia berbalik lagi dan berjalan kearah motornya. Aku mendesah dan memutar mataku sebelum berlari kearahnya.

"Well, ini baik jika kau tidak ingin menyentuh tanganku yang imut, tapi kemana kamu akan pergi sekarang?"

Aku melihatnya melihat ke samping dan mengerutkan dahinya kepadaku saat dia berjalan. Tapi dia tidak repot-repot untuk menjawab. Dia naik ke motornya dan menghidupkannya sebelum memandang kearahku.

"Dapatkah aku mendaparkan nomormu?" aku meminta dan aku berjalan sedikit mendekat ke arah motornya.

Aku melihat dia menyipitkan matanya kepadaku sebelum memakai helm-nya.

"Kita harus tetap terhubung kau tau. Ini untuk tujuan kerja." Aku memandangnya dan membuat wajah tak berdosa.

"dia memandangku ragu dan dia terlihat imut.

"Hey, kau tidak bisa pergi seperti ini." Aku menarik tangannya dari motornya dan aku dengan cepat mendapatkan pukulan di lenganku.

"Aku sudah memberitahumu, janga menyentuh motorku."

Aku terkikik dan aku melihat dia menyipitkan matanya kepadaku.

"Okay Angry Bird. Tenanglah. Ahmmm...... dapatkan aku melihatmu malam ini?" aku bertanya dan dia benar-benar mengabaikan pertanyaanku.

"Sampai jumpa malam ini...." aku meneriakinya ketika motornya berjalan cepat dari tempatku berdiri.

"..... aku berharap." Aku berkata kepadaku sendiri dan merenung.

Ini hampir 11.45 malam dan aku masih berkeliaran di sekitar jalan didekat bar. Aku memakai black hodie.

Semua orang yang aku lihat memandang kearahku curiga sampai.....

"Pete?" aku bingung.

"Pete apakah itu kamu?" aku memanggilnya tapi dia tidak mendengar.

Aku melihatnya berjalan kearah trotoar dan aku menyadari dia sedang menelfon. Dia berjalan, langkahnya tidak tetap, kadang berhenti dan mendesah. Dari bahasa tubuhnya, aku menebak dia mencoba meyakinkan sesuatu pada seseorang. Aku menyeberangi jalan dan aku berjalan kearahnya. Ketika aku sampai disana aku mendengarnya berteriak dan dalam sekejap, ponselnya berada di jalan Retak.

"Awww itu benar-benar....... sexy" kataku- tanpa sadar.

Itulah ketika dia berbalik dan itu dengan jelas jika dia benar-benar tertangkap basah. Hea menyalak kearahku, terkejut.

"Kau sekarang melihatku seperti Aladin. Apakah aku terlihat se[erti Genie bagimu?" aku mengerutkan dahi kepadanya.

Tapi aku tidak bisa berkedip letika dia menarik jaketku dan menarikku mendekat. Dia sangat marah dan aku dapat mencium bau lakohol disemua tubuhnya dan aku menemukan matanya sangat berkilau.... atau ini kilasan dari air mata?

"Apakah kau mengikuti ku?" dia menyalak kearahku dan aku berhenti melihat kearah bibirnya yang sempurna ketika dia menguncangku dari jaketku.

"Apa?" aku terkikik

Aku menarik pinggangnya dan aku melepaskan tangannya dari jaketku.

"Apa yang sedang kau bicarakan? Kenapa aku harus mengikutimu" aku hanya melihatmu disini dan aku datang untuk mengatakan ' Hi'"

Dia menatapku untuk beberapa saat hanya sebelum menghindar dari mataku. Dia mencoba untuk menarik tangannnya dari cengkeramanku dapi aku memengangya kuat. Aku mendapatkan pelototanann lain ketika dia mencobanya lagi.

"Tinggal kan aku kau......"

"Apa kau baik-baik saja?" aku tidak membiarkannya menyelesaikannya.

"Bukan urusanmu." Dia mencoba lagi untuk terlepas dari cengkeramanku.

"Ya tentu. Kau adalah partner ku sekarang dan ini juga urusanku."

"Lepaskan tanganku atau...."

"Tantang aku." Aku menariknya mendekat dengan tangannya dan aku melihat matanya membesar kearahku. Dia melihatku tanpa berkedip dan aku melihat kemarahannya berkurang. Itu digantikan dengan sesuatu yang lain..... kesedihan? Dia mengalihkan matanya.

"Pete..."

Dia melihatku ladi dan aku tidak bisa menemukan kemarahan dari wajahnya lagi.

"Apa kau baik-bbaik saja.?"

Dia tetap menatapku dan aku menyadari jika tangannya melemah dan bahkan wajahnya juga.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Hanya biarkan aku pergi." Dia berkata. Suaranya hampir tidak terdengar. Aku benar- benar bertanya-tanya untuk melihat ekspresinya berubah diwajahnya. Pria ini benar-benar sesuatu dan aku menemukan diriku sendiri semakin tertarik.

Aku merasa kasihan kepadanya dan aku melepaskan tangannya.

"Fuck" dia memaki dan mencari kepingan dari ponselnya. Aku membantu nya dan aku melihatnya bahkan tanpa berterimakasih pergi berjalan keluar dari sana.

Aku tidak melihat motornya dimanapun didekat sini. Dia melangkah dengan lemah dan aku menemukan diriku sendiri mengikutinya di jalan yang sepi.

Dia menemukan kursi di seberang jalan dan dia beristirahat disana. Aku dengan diam duduk didekatnya dan dia bahkan tidak melihatku.

"Kau seharusnya tidak mengikutiku." Dia berkata. Suaranya tenang tapi aku bisa merasakan kesedihan. Aku masih melihatnya.

"Aku tidak tau kenapa tapi aku tertarik pada hal-hal yang rusak. Aku minta maaf. Tidak dapat membantu." Aku mengangkat bahu dengan senyuman ketika dia melihatku. Matanya dan wajahnya tanpa ekspresi. Dia berkedip keduakalinya sebelum melihat kearah lain.

"Aku tidak dapat memberikanmu ponselku meskipun itu rusak." Dia tersenyum tanpa rasa humor

"Aku tidak berkata tentang ponsel bodohmu."

Itulah saat aku mendapatkan tatapan lain darinya. Kali ini matanya melebar dan berkedip beberapa kali padaku.

TASCI (Thai Agency of Special Crime Investigation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang