Original Author : Sa_Ru_Art
Translator : Blue
This chapter already have a permission. Mature content 18+, kata-kata kasar
-Kao-
Apakh aku masih tidur? Apakah semua ini hanya mimpi?
'Apakah ini benar-benar terjadi?
Lagi?
Aku meyakinkan diriku sendiri ketika salah satu tangannya bergerilya di punggungku untuk memberikan dorongan.
Yes!!!
Ini terjadi!!! lagi !!
Dia menciumku!! lagi !!!
Diamlah Kao dan balas ciumannya.
Aku tidak menunggu untuk mengalungkan lenganku kepadanya dan membalas ciumannya.
Aku mendesah ketika merasakan bibir penuh yang dengan rakusnya melumat dan sesekali menggigit bibirku. Aku mendengarnya menggeram saat gigiku tenggelam di dalam lumatannya.
Ada binatang buas dalam pesona ketampanannya dan aku dapat melihatnya sekarang.
Jemarinya mencengkeram dan membelai rambutku.
Ketika lidahnya mulai bermain, aku tidak bisa untuk tidak membuka mulutku untuknya.
Aku merasa sudah terbang dari bumi ini ketika lidah kami bertemu dan aku merasakan kakiku semakin melemah.
Aku mencoba untuk berpegangan padanya tapi ciuman panasnya membuat ini semakin memburuk. Aku pikir aku akan jatuh tapi aku masih berada di cengkeramannya yang kuat. Dia tidak akan membiarkanku jatuh.
Aku sudah kehabisan nafas.
Begitupun dengannya.
Tiba-tiba, ponsel Pete berdering.
Ciuman panas kami berhenti seketika dan aku melihat wajah panik Pete di depanku.
Aku masih lemah dan mencoba untuk mencerna semuanya yang telah terjadi. Kami berdua saling menatap satu sama lain dan kami berdua terengah-engah.
Dering ponsel pete berhenti sedangkan Pete dan aku masih saling memandang satu sama lain.
Dia masih memegangku. Aku masih bersandar padanya.
Setelah beberapa detik, aku melihat Pete berkedip kepadaku.
Kilasan memori saat kami berciuman tadi dan setelah penolakan datang ke pikiranku lagi.
Aku ingin tau apa yang sedang Pete pikirkan sekarang. Tapi ketika aku melihat dia mengalihkan tatapannya dariku, rasa sakit merambat ke dalah hatiku.
Apakah ini akan berakhir seperti yang sebelumnya?
Aku masih memandangnya, mencari tau bagaimana perasaannya sekarang tapi dia tidak ingin untuk memandangku lagi.
Aku melihatnya mengusap bibirnya dan mataku membulat penuh ketegangan.
Aku melihatnya mulai membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu dan hatiku berdebar lagi.
Apakah ini akan berakhir menjadi penolakan seperti dulu?
Penyesalan yang lain?
Patah hati yang lain?
Aku menelan ludah dengan jelas.
Dia melihatku lagi sebelum mengambil nafas yang panjang.
Apakah dia akan mengatakan....
"Maaf" katanya
Fuck!!
Aku sudah tidak bisa bernafas lagi.
Terimakasih tuhan dia masih memegangku atau aku akan terjatuh.
Kekecewaan memukulku lebih keras dari pada yang aku duga, aku menjauhkan pandanganku darinya. Ketika aku sepenuhnya menjauh dari sentuhannya , aku melihat ke lantai dan mengambil nafas yang panjang.
Aku merasa mataku menjadi berair tapi aku mencoba untuk menahannya.
Tidak Kao. Kau tidak bisa melakukan ini. Kau tidak boleh menangis.
Kau tidak bisa menjadi lemah.
Kau itu kuat, kau pernah melakukan ini sekali dan kau bisa melakukannya lagi. Hanya lihatlah dia dan tersenyum.
Jangan biarkan dia melihatmu patah hati.
Perlahan aku melihat kearahnya. Mata kami saling bertemu dan kemudian aku tersenyum.
Aku tidak tau apakah senyumanku ini bisa mencapai mataku.
"Aku tidak seharusnya melakukan itu" Pete berkata lagi dan aku menelan salivaku ketika aku menganngguk padanya dengan senyuman.
"Aku tau dan aku tau kau tidak.... aahmmmm. Kita seharusnya tidak melakukan hal ini. Aku minta maaf juga." kataku.
Aku melihatnya cemberut sesaat sebelum menempatkan salah satu tangannya di pundakku.
"Tidak, bukan itu yang kumaksud....... yang kukatakan adalah maaf karena aku membawanya kemari. Aku seharusnya tidak mengiriminya alamatmu dan aku minta maaf membuatmu malu didepannya."
Aku berkedip dan aku tidak tau berapa banyak aku sudah melakukannya.
Apakah yang aku dengar ini benar.?
Pete, baby, tolong pukul wajahku karena aku pikir aku sudah kehilangan pikiranku karena aku mendengar sesuatu yang seharusnya tidak aku dengar darimu.
"Kao.......... kao.............. AI KAO!!!"
"Huh!!! Yeah ...... ahmm.... apa ang baru saja kau katakan?" gumamku dan dia cemberut kearahku.
"Kau berkata maaf untuk yang itu?" aku bertanya lagi. Dan dia mengangguk.
Mataku melebar dan senyuman yang sangat lebar mengembang di wajahku.
"Jadi......... yang kau maksud ......... kau tidak minta maaf untu....."
"Ini sudah cukup. Aku harus pergi" wajah menjengkelkannya kembai lagi dan aku tidak bisa untuk tidak tersenyum.
"Tidak.. tidak.. tidak... tidak... tidak.. jawab aku dulu" aku meraih lengannya dan membuatnya berbalik menatapku..
"Kau tidak minta maaf untuk apa yang baru saja kau lakukan bukan?" aku bertanya lagi dan dia memutar matanya kepadaku sebelum melepaskan lengannya.
Aku terkikik melihat kucing kesal itu melangkah menuju ke pintu.
"Kau bisa pergi tanpa harus memperbaiki apa yang kau rusak sebelumnya" aku berteriak kepadanya dan di berhenti di samping pintu. Dia berbalik kearahku lagi dan memutar kunci pintu itu.
"Aku sidah selesai memperbaikinya" dia memasang wajah di depanku dan mengedipkan matanya.
"Aku tidak berbicara tentang pintu" aku berkedip balik kepadanya dan aku tidak bisa untuk terkikik lagi setelah melihat matanya melebar setelah balasanku tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASCI (Thai Agency of Special Crime Investigation)
No FicciónSpecial Agent Pete Ritthirong dan Kao Kittichat mencoba untuk menemukan seorang pembunuh psyco yang membunuh beberapa pria gay di kota. FF Triller dari PeteXKao Original Author : Sa_Ru_Art Translete by : Blue Every chapter are already have permisson...