Chapter 8 - Best Friend

80 9 0
                                    

Original Author : Sa_Ru_Art

Translator : Blue

This chapter already have a permission. Mature content 18+, kata-kata kasar.

-Pete-

Aku mencoba sangat keras untuk menahan tawaku ketika sebuah taxi berhenti didekatku. Aku tengah menyandar ke motorku dan menunggunya tiba. Aku lebih terkejut lagi ketika dia keluar dari taxi itu.

Dia memakai masker putih, kaca mata hitam, dan sebuah topi baseball hitam. Semuanya terlihat sangat kotras dengan kulitnya. Aku tidak pernah berfikir jika yang dia maksud 'ini' ketika dia mengatakan dia tau bagaimana untuk 'menyembunyikan penyamarannya'. Well dia melirik kearahku saat dia membayar taxi. Dengan kacamata hitamnya dan masker, aku tidak bias memahami ekpresinya.

Bagaimana caranya berjalan mengatakan bahwa pria brengsek itu sedang kesal?

"Sangat senang?" dia berkata ketika dia sedang mencari sesuatu didalam tasnya.

Aku mencoba untuk tidak tersenyum lagi.

"Kau terlambat" kataku saat dia mulai mendekat.

"Yeah, seorang yang brengsek menolakku untuk memberiku tumpangan karena dia berkata jika dia tidak akan mengijinkan orang asing di atas motor sialannya."

Woah! Apakah dia baru saja memaki motorku. Tapi kata-kata kasar yang mengalir dari pria ini cukup menggangu dengan cara yang menyenangkan.

"Dunia yang begitu kejam kurasa" aku mengangkat bahuku, menampakkan kesedihan palsu kepadanya.

"Yeah, itu benar. Sekarang datang dan lakukan apa yang seharusnya kita lakukan" dia mengambil dua bungkus kitkat dari tasnya dan satunya dia pukulkan ke dadaku.

"Apa ini?" aku sangat terkejut dan melihatnya dalam kebingungan

"Aku lapar" dia berkata sebelum membuka maskernya dan menggigit kecil dan mulai mengunyahnya.

"Kau menyebut ini sarapan?" aku mengayunkan coklatku didepan kaca matanya.

"Well, aku hampir lupa. Belikan aku makan siang setelah ini."

"Apa?" aku melihatnya bingung.

"Aku tidak sarapan karenamu, Jadi ini tanggungjawabmu untuk membelikanku makanan."

"Aku tidak memintamu untuk datang."

"Aku tidak peduli", dia menggigit lagi dan yeah ku tebak pria ini benar-benar lapar.

Aku menggelengkan kepala ketika mulai melirik kearahnya. Kemudian aku medapatkan penggilan lain dari P'Prem.

"Kami disini menunggu."

Kemudian sebuah mobil berhenti disamping kami.

"Aku pikir mereka disini." Aku berkata dan P'Prem mendooakan keberuntungangku sebelum mengakhiri panggilan.

Kao menghabiskan Kitkatnya dan dia memakai kembali maskernya sebelum melirik kearah mobil itu.

"Apakah kita memiiki pengawal?" dia bertanya.

"P'Prem berkata jika seseorang akan menemani."

Aku melihat Kao mengangguk dan kami berdua berdiri disana dan menunggu orang itu.

Aku terkejut untuk kedua kalinya. Aku terkejut karena pertama ketika aku menyadari jika seseorang yang akan menemani kami adalah seorang wanita dan aku terkejut ketika aku menyadari dia adalah Sandee...

"Sandee?" aku bergumam dan Kao melihat kearahku.

"Pete?" dia berhenti sebelum melebarkan matanya dan tersenyum terkejut.

"Pete, apa benar ini dirimu?" di berlari kearahku dan memelukku erat.

"Awww aku sangat senang untuk melihatmu." Katanya.

Aku memeluknya kembali. Aku sama bahagianya melihatnya kembali.

Ini adalah saat aku melihat Kao cemberut kearahku. Sebenarnya aku tidak dapat melihatnya cemberut tapi aku tau dia melakukannya.

"Aku rindu denganmu. Kau tau." Sandee berkata lahi ketika akhirnya menarik dirinya sendiri dari pelukanku.

"Aku juga" aku tersenyum kepadanya.

Kami mendengar suara batuk dan akmu bedua melihat kearah Kao.

Kami berdua memidahkan diri dan aku melihat Sandee cemberut kearahnya.

"Ahm... ini Sandee dia juga temanku." Aku memperkenalkannya kepada Kao.

"Te

"Sahabat", Sandee membenarkanku dan memukul tepat diperutku. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Yeah sahabat"

"Dan ini?" Sandee bertanya kepadaku, menunjuk kearah Kao.

Aku tidak yakin bagaimana aku harus memperkenalkannya. Kao atau Tim? Aku berfikir seharusnya dia memperkenalakn dirinya sendiri tapi pria brengsek ini tetap dian dan menungguku untuk memperkenakannya. Fuck....

"Ahm... dia pertnerku dalalam kasus ini dan .... Dan namanya adalah.... Ahm..." aku bingung dan aku melihat kearahnya untuk meminta petunjuk. Penyamaran sialannya dan dan aturan 'menyembunyikan penyamarannya'.

"Hi Sandee, aku Kao. Senang berjumpa denganmu." Akhirnya pria brengsek ini melakukannya.

"Senang bertemu denganmu Kao. Aku berjanji aku akan menjadi asistan yang baik."

Aku menghela nafas ketika mereka berjabat tangan.

"Kenapa P'Prem tidak memberitahuku jika ini adalah kau?" aku bertanya kearahnya.

"Mungkin dia ingin mengejutkan kita." Sandee juga mengangkat bahunya.

"Well, haruskah kita mulai?" itu berasal dari Kao dan kami berdua melihat kearahnya.

"Tentu, ... Dimana apartemennya.?" Sandee bertanya.

"Disebelah sana?" aku mengarahkan ke bangunan di samping kami. "Itu berada dilantai empat."

"Siapa yang tinggal disana sekarang?" Kao bertanya.

"Tidak ada. Dia tinggal sendirian." Aku menjawab.

Aku melihatnya terdiam.

"Tapi, malam itu dia memberitahuku jika dia tinggal dengan orang tuanya." Dia melihat kearahku.

"Mungkin dia berbohong atau... Aku tidak tau. Kita harus mencari tahunya." Kami berjalan dan kami berdiri didepan lift.

"Tunggu kau kenal pria ini?" Sandee berbalik kearah Kao.

"Tidak terlalu." Kao tidak melihat kearah Sandee ketika dia menjawabnya. Ku tebak dia sedang memikirkan sesuatu.

Pintu lift terbuka dan seorang pria melangkah keluar dari sana cepat. Dia terlihat terburu-buru dan dia hampir jatuh kepadaku dan Kao. Aku mendengarnya mengatakan maaf ketika dia bergegas keluar dari sana.

Aku hampir berbalik tapi aku melihat kao memandang kearah bocah asing it menghilang,

"Apaah semuanya baik-baik saja?" aku bertanya dan dia mengangguk tanpa melihat kearahku.

"Aku pikir aku pernah melihatnya." Dia bergumam dan aku semakin bingung.

Pintu lift menutup tapi satu dari kakiku membuat pntu itu terbuka lagi.

"Kalau begitu ayo." Sandee berkata dan Kao mengarahkan kepadanya.

Dia berpindak sedikit dari pintu.

"Ladies first" Kao berkata dan Sandee masuk dengan senyuman.

Kamisemua masuk setelah Sandee dan aku melihat Kao melirik kearah itu lagi sebelumpintu itu tertutup.

TASCI (Thai Agency of Special Crime Investigation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang