1 Maret 2021, aku kehilangan pekerjaan ku.
Bagus. Sebuah kesialan diawal bulan. Satu kesialan muncul maka kesialan yang lain akan ikut muncul.
Aku mengembuskan napas, mengusap wajah dengan kasar. Aku dipecat di restoran tempatku bekerja. Telat, menjadi alasanku dipecat. Aku merutuki pemilik restoran dalam hati.
Hey! Aku hanya telat mengapa dia memecat ku? Tidakkah dia mengerti bahwa aku seorang pelajar? Ah, baiklah lupakan saja. Lebih baik sekarang aku harus memikirkan cara agar bisa menghadapi mereka.
Melewati gang kecil yang menjadi jalan menuju rumah sewa ku di malam hari seperti ini memang sangat berbahaya. Bau alkohol serta rokok menyeruak indra penciuman. Beberapa remaja laki-laki tengah berkumpul disana.
Bagaimana cara agar aku bisa melewati mereka? Padahal jarak rumah ku tinggal sedikit lagi. Oh Tuhan! Hari ini benar-benar sial bagi ku. Kini lebih sial ketika mereka menyadari kehadiran ku. Mereka menatap ku heran, beberapa dari mereka tersenyum miring. Tatapan mereka bak segerombolan rubah kelaparan yang menemukan kelinci kecil yang tersesat.
Aku menelan ludah dengan susah payah. Jarak antara aku dengan gerombolan para lelaki remaja itu hanya beberapa meter.
Keringat dingin mulai mengucur di pelipis ku. Mereka saling melempar pandang dengan senyum yang mengerikan. Tidak! Bukan senyuman, itu lebih ke seringan. Salah satu dari mereka menghampiri ku.
Seharusnya aku segera berlari. Namun, sayang. Aku tidak bisa! Kaki ku terasa berat untuk melangkah. Yang aku bisa lakukan hanya berdiri dengan tubuh yang sudah gemetar.
Laki-laki bersurai hitam legam itu berdiri dihadapan ku. Cahaya lampu disini hanya remang-remang. Meskipun begitu, wajah tampan laki-laki tersebut masih bisa terlihat.
Dia menatap ku dari bawah sampai atas. Tatapannya menelisik, aku sama sekali tidak nyaman dengan itu. Bola mata ku bergerak gelisah. Dia menatapku, menyeringai.
Remaja ini masih menggunakan seragam yang jelas berbeda dengan seragam sekolahku. Pantas saja aku tidak mengenalinya, sepertinya gerombolan laki-laki ini berasal dari sekolah lain.
"Apa yang seorang gadis lakukan di malam hari begini ?" tanyanya dengan suara rendah.
Kini ketakutan ku semakin menjadi. Bagaimana ini? Mereka sedang mabuk! Aku benar-benar takut.
"Tentu saja untuk bermain bersama kita!" ujar salah satu dari mereka dibelakang sana.
Yang lain menyahut, mengompori. Sesekali mereka tertawa, entah apa yang mereka tertawakan, aku tidak tau.
Wajahku mendongak, mataku menatap laki-laki ini dengan dagu terangkat. Sebisa mungkin aku memasang mimik wajah yang berani. Namun, sepertinya mataku tidak bisa berbohong.
"Jika kalian macam-macam denganku, akan aku laporkan kalian pada sekolah kalian!" Aku mengancam.
Namun, sepertinya ancaman ku tidak berarti apa-apa. Mereka hanya tertawa mendengarnya.
"Aku tidak main-main!" teriakku.
Laki-laki didepan ku menatapku tajam. Mata rubah nya mengkilat. Kulit putihnya mengalahkan cahaya remang-remang dari lampu. Dia mencengkeram tanganku. Aku meringis, memberontak dari cengkraman nya namun usaha ku tidak membuahkan hasil.
Sudah aku bilang. Satu kesialan muncul maka kesialan yang lain akan ikut muncul.
Dia menyeret ku menuju kerumunan teman-temannya. Aku panik! Mereka terlihat menyeramkan. Laki-laki itu mendorongku hingga tersungkur di pojokan. Dia berjongkok, menyamakan posisinya denganku. Cengkraman tangannya kini beralih pada rahang. Dia mencengkeram nya dengan erat. Lagi-lagi aku hanya bisa meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
babysitter ; sunoo ✓
FanfictionAku hanya menjalankan pekerjaan ku sebagai seorang babysitter. Tapi, anak yang aku asuh bukan sosok bayi kecil menggemaskan, melainkan bayi besar yang manja dan sedikit nakal. Well, aku cukup menyukai pekerjaan ini- atau mungkin manyukai orangnya. J...