04

5.3K 931 59
                                    

"Jadi, bagaimana bisa kau menemukan anakku yang kecelakaan itu?" Seokjin bertanya padaku.

Sebelumnya kami berhenti membahas tentang balapan liar. Oh, iya. Seokjin juga memperkenalkan anaknya padaku.

Kim Sunoo. Laki-laki yang mencegat ku kemarin, namanya Kim Sunoo. Sebenarnya, aku ingin mengadukan tindakannya ini pada ayahnya, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

"Aku tidak tau apa-apa," jawabku jujur.

Seokjin diam sejenak. "Bagaimana kau tidak tau apa-apa? Lalu, sedang apa kau disini?"

Aku menghela napas. "Asal kau tau, Pak. Aku sedang mencari pekerjaan, dan saat perjalanan pulang, aku melihat kecelakaan yang tak jauh dari tempat ku berada. Karena penasaran, aku menghampiri si korban. Aishh bahkan aku hanya melihatnya, tapi si petugas sialan itu malah membawaku kemari. " Aku menjelaskan dengan nada kesal.

Menyadari ada beberapa kalimat yang tidak sopan meluncur dari mulutku, Seokjin menautkan alisnya tajam.

"Jaga bicara mu. Kau masih anak sekolah," tegurnya.

Aku gelagapan. Membuang muka ke arah lain.

"Aku tidak peduli, bagaimanapun kau tetap menjadi saksi. Dan aku membutuhkan mu sekarang,"

Aku menatap Seokjin, menautkan kedua alis.

"Dimana orang tua mu?" Dia mulai bertanya-tanya lagi tentangku.

Sebenarnya aku mau mau saja menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Seokjin. Hanya saja, aku sedang lapar dan ingin pulang. Tolonglah!

"Aku tidak punya," jawabku seadanya.

Seokjin nampak tidak enak dengan pertanyaannya barusan. Dia berdeham.

"Maaf."

Aku diam. Tidak menyahuti perkataan si pria tampan ini. Ya! Kuakui dia tampan!

"Aku minta tolong padamu, apa kau bersedia menjaga Sunoo selagi aku pergi?"

Mataku membulat sempurna. Permintaan macam apa itu! Aku menggeleng cepat. Aku? Menjaga anak itu? Atas dasar apa?!

Mengerti akan respon yang ku berikan lewat gerak-gerik, Seokjin lantas menatapku penuh harapan.

"Akan aku bayar berapapun, ku mohon," pintanya. Kini kedua tangannya menangkup.

Aku bergeming. Pikiran ku berkecamuk. Disisi lain, aku memang membutuhkan uang tapi disisi lain, aku tidak sudi menjaga rubah berandal itu. Aku mengembuskan napas.

"Baiklah, aku terima tawaranmu pak tua tapi tampan," jawabku pada akhirnya.

Seokjin tersenyum. Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Dia mengangkat panggilan tersebut. Berdecak kesal saat panggilan terputus. Seokjin beranjak dari duduknya. Dia menatapku dan pintu UGD bergantian.

"Aku harus pergi sekarang, tolong jaga anakku. Aku percaya padamu."

Setelah itu Seokjin pergi. Meninggalkan aku yang masih mencerna semuanya. Jadi, sekarang aku akan menjaga si rubah itu? Baiklah, selamat datang pekerjaan baru!

•••

Pintu UGD terbuka. Aku menyimpan ponsel ke dalam saku, menghampiri si dokter tampan dengan kacamata bening bertengger di matanya.

"Luka di pelipisnya lumayan parah. Tapi, tidak apa. Dia remaja yang kuat. Aku yakin sebentar lagi dia akan sadar," jelas si dokter ber name tag Choi Soobin itu.

Aku mengangguk, tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum dia pergi. Aku mengembuskan napas kasar. Meraih kenop pintu ruang UGD kemudian masuk ke dalam. Alisku menukik tajam. Kakiku mulai melangkah menuju ranjang Sunoo.

Seketika alisku kembali normal kala melihat Sunoo yang kini terbaring lemah diatas brankar, dengan perban putih melilit di kepalanya. Aku menarik kursi yang tak jauh dari jangkauan. Segera aku mendudukkan tubuhku, melipat kedua lengank disisi brankar.

Mataku terus terfokus pada Sunoo. Uh! Ternyata, jika dilihat dari dekat begini. Sunoo sangat indah dan tampan. Lihatlah! Wajah rubah nya, kulit putih bersih, bibirnya yang merah, hidung yang mancung, matanya yang terpejam—entah kenapa matanya lebih lucu saat terpejam. Sungguh karya Tuhan yang sempurna. Sejenak dahi ku berkerut, apa barusan aku memuji laki-laki ini?

Aku berdecak kesal. Bisa-bisanya.

"Jangan memandangi ku terus, aku tau aku tampan."

Aku berjengit kaget. Sunoo, dia tersenyum miring, matanya masih terpejam. Aku mengerjap beberapa kali. Jadi, dia menyadari bahwa aku memperhatikannya? Aku malu! Rasanya ingin sekali aku menenggelamkan wajahku sementara.

Kini, mata rubah itu terbuka. Langsung menatapku dengan tajam. Dia mengerutkan keningnya.

"Kau?"

Aku mengerjap seperti orang bodoh. Laki-laki bermarga Kim itu tertawa sarkas. Aku kembali menukik alis.

"Apa yang kau lakukan disini?!" tanyanya, kentara sekali dia benci dengan kehadiran ku.

"Ayahmu menyuruhku untuk menjaga mu selagi dia pergi," ucapku yang semakin mendapat tatapan tajam dan tidak suka dari Sunoo. Segera aku meralat perkataan ku. "Tenang saja, sialan! Ini hanya sementara lagipula jika uang bayarannya kecil aku tidak mau menerima tawaran yang menyebalkan ini," lanjut ku membuang pandangan kemudian.

Sunoo menggeram marah, kemudian diam. Matanya menatap ke langit-langit kamar. Meskipun aku tidak melihatnya langsung, namun ekor mataku dapat melihat tatapan sendunya.

"Kau, meminta bayaran lebih pada ayahku?" Sunoo bertanya. Aku pun kembali menoleh padanya.

"Tentu saja, situasi seperti ini harus dimanfaatkan bukan? Omong-omong, kalian juga terlihat seperti orang kaya," sahutku santai kelewat santai.

Sunoo masih mempertahankan pandangannya pada langit-langit kamar. Namun, tatapannya kini berubah menjadi tajam lagi.

"Orang miskin memang serendah itu," celetuknya yang seketika membuat hatiku mencelos.

Aku mengendikan bahu acuh. "Mau bagaimana lagi? Terkadang keadaan terpaksa membuat kita melakukan hal yang tidak ingin kita lakukan, benar kan?"

Sunoo hanya diam. Aku tersenyum puas. Menyandarkan punggung pada sandaran kursi, lantas aku membuka kembali ponselku. Membuka chat dengan Sunghoon. Tentu saja untuk memberitahukan bahwa dia tidak perlu mencarikan ku pekerjaan.

Aku menoleh pada jam yang tertera di layar ponsel. Mataku membelalak. Astaga! Aku sampai lupa bahwa ini sudah larut malam. Aku beranjak dari tempat ku. Sunoo menatapku heran, seolah bertanya 'mau pergi kemana?'

"Aku akan pulang!" seru ku lalu berlari kecil menuju pintu.

Namun, seketika langkahku terhenti. Niatku untuk pulang urung. Jika aku pulang, siapa yang akan menjaga bocah ini? Aku mendengus. Kembali duduk di kursi tadi.

Sunoo mendecih. "Kenapa tidak pergi?"

"Aku tidak akan meninggalkan pekerjaan ku."

-
-
-
TBC













Huwaaaaaaaa 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huwaaaaaaaa 😭

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang