21

3.3K 678 31
                                    

Suka
Vote + comment + follow
Happy reading!!










Dunia adalah panggung sandiwara. Semua manusia saling memainkan perannya. Dan kini, Anna dan Sunoo sedang memainkan peran mereka.

Jeno duduk di sofa dengan kedua lengan yang di lipat di dada. Tatapannya dingin dan tajam. Selama kurang lebih lima menit belum ada yang memulai pembicaraan.

Anna sendiri hanya duduk di kursi dekat ranjang, tepat di samping Sunoo. Keduanya hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jelaskan semuanya padaku, Kim Sunoo," suruh Jeno penuh penekanan dan ancaman.

Sunoo menghela napas pelan, mengangkat wajahnya agar menatap Jeno di seberang sana. Anna melirik Jeno dan Sunoo was-was.

Gadis itu sempat berkontak mata dengan Sunoo, seolah sedang bertelepati. Keduanya seolah mengerti dengan isi pikiran masing-masing.

"Maaf, aku salah," sesal Sunoo lantas menunduk.

"Aku butuh penjelasan, bukan permintaan maaf. Kau harus minta maaf pada Seokjin, bukan padaku," sela Jeno cepat.

Diam-diam Sunoo mengepalkan tangannya, dalam hati ia terus memaki Jeno. Sementara itu, Anna terus memperhatikan Jeno tanpa menoleh kemanapun.

"Semuanya sudah jelas bukan? Kau sudah mengetahuinya?" ujar Sunoo tanpa mengalihkan pandangannya.

"Lalu?"

"Aku mohon, jangan beritahukan ini pada ayahku."

Jeno menyunggingkan senyum remeh. Pria itu mendesah frustasi, kemudian memijit pangkal hidungnya gusar. Sungguh! Jeno tidak mengerti dengan bocah ini. Bisa saja Jeno bungkam, toh Jeno juga malas berurusan dengan hal ini. Oh ayolah! Dia ingin kencan bersama pacarnya tapi terus tertunda karena harus menyelidiki anak bosnya.

"Apa jaminannya jika aku bungkam?" Jeno kembali menatap Sunoo dengan datar.

"Aku akan berhenti, aku akan berubah," ujar Sunoo yang terlihat sungguh-sungguh.

"Baiklah. Aku pegang omongan mu." Jeno menoleh pada Anna. "Anna, perhatikan bocah ingusan ini. Jangan sampai dia melakukan hal bodoh seperti itu lagi."

Anna mengangguk kaku. Dia mengembuskan napas lega. Ternyata  perang bersama Jeno tidak mengerikan seperti yang ada dalam bayangannya. Anna kira Jeno tidak akan mendengarkan Sunoo dan langsung mengadu pada Seokjin.

Baiklah, ini sangat aman.

Aman?!

•••


"Aku tidak percaya Jeno akan membebaskan mu semudah itu."

Anna menggerutu, dia menghempaskan tubuhnya pada sofa. Sunoo mendengus malas kemudian duduk di sofa seberang Anna. Omong-omong keduanya sudah pulang ke rumah, Jeno yang mengantarkan.

"Bukankah itu bagus?" tanyanya retoris, "Jeno memang tidak suka mempersulit keadaan," lanjutnya kemudian bersandar pada punggung sofa.

Anna menegakkan duduknya. Dia menatap Sunoo dengan alis bertaut.

"Hey! Aku sama sekali tidak puas dengan itu!" ungkapnya.

Anna tidak sebaik kelihatannya. Dirinya memang tidak suka kekalahan. Haha. Rencananya, dia ingin melihat Sunoo memohon-mohon atau bahkan menangis meraung-raung pada Jeno agar merahasiakan tindakannya.

Tapi yang terjadi malah diluar ekspektasi nya. Menyebalkan! Payah!

Anna masih ingin melihat Sunoo tumbang. Garis bawahi itu, masih ingin melihat Sunoo tumbang.

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang