23

3.2K 662 28
                                    





Wajah bantal, rambut acak-acakan, bahkan air liur yang mengering nampak di pipi kanannya. Jelas sekali bahwa bocah ini baru bangun tidur.

Jeno meraup wajahnya, sementara Seokjin hanya geleng-geleng kepala. Anna menatap kedua pria itu bergantian, lantas menyengir kaku.

"Ini sudah siang, kenapa kau baru bangun? Dan kenapa kau tidak mengangkat panggilan dari Seokjin tadi?" celoteh Jeno.

Anna membulatkan matanya, melirik ke sekitar. Cahaya matahari? Astaga! Apa ini benar-benar sudah siang?

"Maaf," sesal Anna seraya menunduk.

Jeno hendak melayangkan ocehan lagi namun kalimat-kalimatnya tertelan kembali karena Seokjin segera menghentikannya.

"Sudah, Jen. Jangan marah-marah terus. Kau ingin cepat tua?" kelakar Seokjin.

Jeno bungkam. Mana mau wajah tampannya terlihat tua di usianya yang masih muda.

Seokjin masuk ke dalam, disusul dengan Jeno dan Anna yang mengekor dari belakang. Kedua pria itu duduk di sofa, sementara Anna segera pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

"Bagaimana dengan Jaemin? Apa dia sudah kembali dari Jeju?" tanya Seokjin. Punggungnya dia sandarkan pada sofa.

Jeno mengangguk. "Ya. Dia langsung pulang ke Incheon untuk menemui ibunya yang sakit."

"Ah, baiklah."

Dua cangkir teh hangat Anna letakkan di meja. Dengan perasaan yang malu, Anna berpamitan pada Seokjin dan Jeno untuk kembali ke lantai atas. Ingin segera membersihkan diri.

"Bocah itu." Jeno terperangah seraya geleng-geleng kepala.

Seokjin tersenyum kecil. Dirinya tidak mempersalahkan tentang Anna yang menolak panggilannya beberapa kali. Alasan Seokjin menghubungi Anna karena dirinya ingin Anna mengajak Sunoo untuk ikut menjemputnya di bandara, bersama Jeno.

Tapi, tidak apalah. Mungkin mereka kelelahan, pikir Seokjin.

Kelelahan apa, Kim Seokjin?!

"Sudahlah, Jeno. Mereka kan masih anak-anak," ujar Seokjin, berusaha menenangkan kekesalan Jeno terhadap Anna.

"Ya, bocah-bocah itu menyebalkan," ketus Jeno. Dirinya mengingat kembali saat kemarin di rumah sakit.

Seokjin terkekeh kecil. Kedua pria itu menyesap teh hangat tersebut.

____________________

"Ppsstt! Bangun!"

Anna menggoyang-goyangkan kaki Sunoo. Si empunya masih tertidur dengan mulut terbuka, sementara kedua kaki dan tangannya terlentang. Sungguh! Seperti mayat yang mati karena tersambar petir, pikir Anna.

"Kim Sunoo bangun!" desis Anna. Gadis itu menendang kaki Sunoo berkali-kali.

Sunoo mengerutkan kening. Dia membuka matanya perlahan-lahan. Sementara Anna segera berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada.

Laki-laki itu menguap. Merentangkan otot-otot tubuhnya. Ugh! Badan Sunoo rasanya pegal-pegal, terutama di bagian kakinya.

"Ayahmu sudah pulang," ujar Anna memberitahu.

Sunoo sedikit terkejut. Dia langsung terduduk seraya menengadah untuk menatap Anna, seolah meminta penjelasan.

Anna menganggukkan kepalanya. "Dia meminta mu untuk turun ke bawah."

"Kenapa dia tidak menemui saja kemari?"

Anna mengendikan bahu. Dia membalikkan tubuhnya lantas keluar dari sana. Sunoo menguap. Dia segera beringsut menuju kamar mandi. Siap-siap untuk bertemu dengan ayahnya yang sangat dia rindukan.

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang