01

10K 1.1K 53
                                    


Sebelum kita lanjut ke bagian berikutnya, aku ingin memperkenalkan diri.

Hai, aku Anna. Kim Anna. Gadis berusia 17 tahun yang kini duduk di bangku SMA kelas 3. Gadis menyedihkan yang hidup sebatang kara. Sebenarnya, aku masih memiliki orang tua. Hanya saja ...

Aku memutuskan untuk tinggal sendiri saat aku duduk di bangku SMP. Tenang saja, aku sudah cukup dewasa saat itu. Menjalani kehidupan sendiri, sekolah sambil bekerja. Aku nyaman seperti ini. Meskipun ku akui memang sangat lelah. Tapi, aku tidak ingin merepotkan ibuku. Ya, hanya ibu yang masih ada. Ayah? Entahlah, aku tidak tau dimana keberadaannya.

Ngomong-ngomong, sekarang aku sudah sampai disekolah. Berjalan sendirian di koridor kelas. Melihat laki-laki bersurai hitam yang berada tak jauh dari pandangan, aku pun meneriaki namanya.

"Sunghoon!"

Laki-laki itu berhenti, menoleh sekilas ke arahku. Setelah itu, dia lanjut melangkahkan kakinya. Aku mendengus. Segera berjalan sedikit cepat menyusul Sunghoon. Laki-laki ini memang menyebalkan.

Biar aku perkenalkan siapa Sunghoon ini. Park Sunghoon, dia temanku satu-satunya di sekolah. Meskipun kami tidak selalu bersama, tapi Sunghoon selalu ada saat aku butuh. Dia anak konglomerat. Oh! Dia anak dari pemilik sekolah ini! Tidak ada yang berani mengusik Sunghoon. Karena jika ada yang berani, sosok penguin yang marah akan muncul dalam dirinya. Ugh! Dia tidak segan membogem si pengusik!

Cukup perkenalannya disana! Sekarang aku baru ingat. Aku ingin meminta penjelasan pada Sunghoon tentang kemarin malam.

"Sunghoon, beri aku penjelasan tentang kemarin!" Aku berkata dengan tegas, sama sekali tidak menerima penolakan darinya.

Dia berhenti berjalan, otomatis aku ikut berhenti. Dia menoleh padaku. Dapat ku tangkap raut wajahnya yang malas untuk menjelaskan.

"Itu tidak penting."  jawabnya kembali berjalan, memasuki kelas.

Sudah kuduga. Dengusan kesal keluar dari mulutku. Kaki ku melangkah masuk ke kelas.

•••

"Ayah!"

Laki-laki berwajah seperti rubah itu berjalan dengan lesu menghampiri sang ayah yang tengah sibuk dengan laptopnya. Padahal ini masih pagi, namun pria itu sudah berkutat serius dengan laptop beserta berkas-berkas kantor.

Pria itu berdeham sebagai sahutan. Laki-laki itu mencebikkan bibirnya kesal. Dia duduk di samping sang ayah.

"Aku tidak ingin pengasuh lagi!" ucapnya ketus.

Kim Seokjin, pria tampan itu mengembuskan napas. Dia menutup laptopnya, menyimpan benda elektronik tersebut diatas meja. Dia menatap anaknya dengan matanya yang sayu. Lingkaran hitam dibawah matanya terlihat jelas. Kentara sekali pria ini kelelahan.

"Kenapa?" tanyanya lembut.

Kim Sunoo. Laki-laki berkulit putih itu mendecih. Dia melipat kedua lengannya di dada. Menatap sang ayah kesal.

"Ayah pikir aku akan nyaman di asuh oleh wanita tua? Aku tidak suka, ayah! Mereka menyebalkan!" keluhnya diiringi helaan napas kesal.

Seokjin memijit pelipisnya jengah. Pagi-pagi seperti ini sudah dihadapkan dengan beberapa masalah. Mulai dari kantor, sekarang anaknya merengek tidak mau diasuh oleh pengasuh tua. Hey! Mencari pengasuh muda itu susah! Apalagi Seokjin adalah orang yang sibuk. Sedikit tidak ada waktu sebenarnya.

Terkadang Seokjin berpikir. Anaknya ini sudah dewasa, 17 tahun. Tapi, mengapa dia selalu bersikap manja? Seokjin heran, apa selama ini didikannya kurang? Apa selama ini dia terlalu memanjakan anaknya? Wajar sajalah dia memanjakan anaknya. Harta berharga yang tiada duanya yang Seokjin miliki saat ini hanya anak semata wayangnya. Setelah kepergian pendamping hidupnya 17 tahun yang lalu, Seokjin benar-benar hanya memiliki anaknya. Ya, istrinya meninggal saat melahirkan sang anak.

Sunoo mengerutkan keningnya saat melihat reaksi Seokjin yang hanya diam dan malah melamun. Laki-laki itu menepuk pelan lengan sang ayah. Seokjin mengerjap, kesadarannya sudah kembali.

"Ayah!" rengeknya.

Seokjin menghela napas. Dia mengusap surai hitam sang anak.

"Iya, nanti ayah cari pengasuh yang lebih muda," ujarnya sambil tersenyum.

Sunoo menggeleng. Dia menatap ayahnya dengan sendu. Meraih kedua lengan sang ayah, menggenggamnya erat.

"Aku tidak butuh pengasuh, aku butuh ayah," lirihnya.

Seokjin diam dengan perasaan yang kalut. Sunoo memang selalu berkata seperti itu. Seokjin akui, selama ini dia jarang berinteraksi dengan anaknya. Dia juga jarang pulang ke rumah. Dia sangat sibuk mengurusi kantornya. Wajar saja jika Sunoo merengek ingin bersama ayahnya, ingin diurus oleh ayahnya. Karena yang Sunoo butuhkan hanya ayahnya. Dia ingin menghabiskan waktu bersama ayahnya.

"Sunoo, kamu sudah dewasa, mengertilah," tutur sang ayah menatap penuh permohonan pada anaknya.

"Kalau begitu, aku tidak ingin menjadi dewasa! Biar ayah yang mengerti aku bukan aku yang mengerti ayah!" sergahnya masih kesal.

Seokjin mengusap wajahnya. Jadi, dia harus bagaimana? Dia harus bagaimana agar anaknya mengerti.

Drrtt

Ponsel bergetar di saku jas hitam yang Seokjin pakai. Dia merogoh sakunya, melihat layar ponselnya yang menunjukkan ada panggilan telpon. Dia menekan tombol hijau itu, menempelkan benda pipih tersebut pada telinganya.

Pria itu mendengar dengan seksama pembicara di seberang sana.

"Baiklah, aku kesana sekarang,"

Mematikan sambungan sepihak, Seokjin lantas menatap pada sang anak yang kini tengah membuang pandangannya ke meja.

"Ayah harus berangkat sekarang, kamu berangkat dengan bibi saja, ya? Maaf, ayah tidak bisa mengantarmu lagi," Seokjin mengusap surai anaknya sekilas.

Dia memanggil si pengasuh setelah itu membawa laptop beserta berkas-berkasnya dan pergi meninggalkan rumah.

"Ayo, Sunoo. Sarapan dulu setelah itu kita berangkat!" Wanita paruh baya itu tersenyum. Kerutan di wajahnya sudah mulai terlihat.

Sunoo mendongak, menatap si pengasuh dengan tajam. Ekspresinya benar-benar berbeda dengan tadi. Mata rubah nya menatap tajam, dingin dan datar. Tidak semenggemaskan tadi. Bibi itu tercekat. Sebenarnya dia sudah tidak kuat bekerja disini.

"Aku tidak membutuhkan mu. Dan akan aku pastikan kau akan ku tendang keluar dari rumahku, wanita tua," tuturnya dingin dan sarkas.

Sunoo mendecih. Dia bangkit dari duduknya, meninggalkan bibi pengasuh yang bergeming ditempatnya. Dia mengembuskan napas.

"Bagaimana jika aku adukan perlakuan Sunoo pada tuan." Gumamnya kemudian pergi ke dapur.

Sunoo menatap gerak-gerik si pengasuh dari lantai atas. Dia tau apa yang di pikirkan si pengasuh. Mereka akan mengadu sikap Sunoo yang memang berbeda sembilan puluh derajat ketika bersama sang pengasuh.

"Lihat saja."

-
-
-
TBC



Anak gue manis banget helpp😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak gue manis banget helpp😭

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang